Kedua datang dari Indonesia. Pemerintahan Presiden Prabowo kembali menegaskan bahwa kebijakan pencampuran bahan bakar nabati ke bahan bahan bakar minyak sebesar 50% (B50) akan berjalan mulai tahun depan.
“Pak Menteri dan Pak Wamen berencana mulai pada 2026. Namun kami belum memutuskan bulannya,” ungkap Eniya Listiani Dewi, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, pekan ini.
Indonesia adalah negara produsen dan eksportir CPO terbesar dunia. Saat makin banyak CPO yang terserap di pasar domestik untuk program B50, maka porsi ekspor akan berkurang.
Akibatnya, pasokan CPO dari Indonesia ke pasar dunia akan menyusut. Ini bisa membuat harga naik.
Analisis Teknikal
Lantas bagaimana proyeksi harga CPO untuk hari ini? Apakah akan ada kenaikan 5 hari beruntun?
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), CPO nyaman di zona bullish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 68. RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Namun hati-hati, karena indikator Stochastic RSI sudah menyentuh 100. Paling tinggi, sudah sangat jenuh beli (overbought).
Jadi, ada risiko harga CPO bisa turun hari ini. Cermati pivot point MYR 4.369/ton. Dari sini, ada kemungkinan harga akan mengetes support MYR 4.318/ton yang merupakan Moving Average (MA) 5.
Adapun target resisten terdekat adalah MYR 4.451/ton. Penembusan di titik ini berpotensi mengangkat harga CPO ke arah MYR 4.509-4.538/ton.
(aji)































