Kemarin, harga emas dunia di pasar spot ditutup di US$ 3.351,7/troy ons. Menguat 0,26% dibandingkan hari sebelumnya.
Kala perdagangan awal pekan, harga emas dunia ambruk lebih dari 1%. Jadi sepertinya aksi bargain buying menjadi salah satu penyebab kenaikan harga aset ini.
Selain aksi ‘serok di bawah’. kenaikan harga emas juga rasanya disebabkan oleh rilis data terbaru di Amerika Serikat (AS). Malam tadi waktu Indonesia, US Bureau of Labor Statistics melaporkan inflasi Negeri Paman Sam pada Juli berada di 2,7% secara tahunan (year-on-year/yoy). Sama seperti bulan sebelumnya dan berada di bawah ekspektasi pasar dengan perkiraan 2,8% yoy.
Secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi Juli ada di 0,2%. Di bawah realisasi Juni yang sebesar 0,3%.
Sementara inflasi inti (core) pada Juli adalah 3,1% yoy. Lebih tinggi ketimbang Juni yang sebesar 2,9% yoy dan menjadi yang tertinggi dalam 5 bulan terakhir.
Kemudian inflasi inti secara bulanan adalah 0,3% mtm. Lebih tinggi dibandingkan Juni yang sebesar 0,2% mtm dan menjadi yang tertinggi dalam 6 bulan terakhir.
Meski laju inflasi inti terakselerasi, tetapi inflasi umum melambat. Ini bisa menjadi alasan bagi bank sentral Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga acuan.
Mengutip CME FedWatch, probabilitas penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4-4,25% dalam rapat September mencapai 93,4%.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas menjadi lebih menguntungkan saat suku bunga turun.
(aji)































