Malaysia mengimpor sekitar 3,3 juta ton LNG pada 2024, naik dari 2,1 juta ton pada 2021, menurut data pelacakan kapal Bloomberg.
Petronas akan terus melakukan eksplorasi untuk mempertahankan produksi domestik, yang telah mencapai puncaknya, kata Adif.
Perusahaan mengoperasikan salah satu terminal LNG terbesar di dunia di Bintulu, pesisir Sarawak, dan memiliki pasokan gas yang cukup untuk mengisi pabrik tersebut “selama yang diperlukan,” tambahnya.
“Kami telah menjalankan sejumlah proyek hulu untuk memastikan pasokan gas tetap terjaga dalam 20 hingga 30 tahun ke depan,” ujar Adif di kantor pusat Petronas di lantai 42 Menara Kembar Petronas, Kuala Lumpur, Selasa.
“Kami juga bersiap menambah impor ke Semenanjung Malaysia.”
Pemasok gas tradisional di Asia itu tengah meninjau kembali strategi ekspornya untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi yang pesat dengan penurunan cadangan domestik.
Malaysia, eksportir LNG terbesar kelima di dunia tahun lalu, biasanya memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan tambahan pasokan dari Australia.
CEO Petronas Muhammad Taufik pada Juni lalu mengatakan Malaysia bakal makin bergantung pada impor LNG dalam 5 tahun mendatang.
Untuk mengamankan tarif lebih rendah dari Washington pada Agustus, Malaysia sepakat bahwa Petronas akan membeli LNG AS senilai US$3,4 miliar per tahun.
Ketergantungan Malaysia pada impor untuk mendukung kebutuhan energi mencerminkan tren global di mana produsen besar beralih menjadi pembeli LNG.
Kondisi ini juga membuka peluang bagi pedagang untuk memasok gas ke negara-negara yang dulunya menjadi eksportir utama.
(bbn)






























