Logo Bloomberg Technoz

Para analis sepakat soal ke mana logam ini mengalir, namun minimnya data inventaris yang dapat diandalkan di London membuat tingkat stok yang tersisa sulit diukur secara akurat.

“Ketika pasar menjadi seketat ini — entah karena alasan fundamental, spekulatif, atau idiosinkratik — seharusnya logam mulai keluar dari bayang-bayang,” kata Jay Tatum, pengelola dana logam di Valent Asset Management yang telah bersikap optimistis terhadap platinum selama dua tahun terakhir.

Tatum menambahkan, tingkat sewa saat ini menunjukkan bahwa “keketatan akut” pasar belum berakhir.

Tingkat sewa implisit untuk satu bulan masih bertahan di atas 10% — turun dari lonjakan lebih dari 35% pada Juli, namun jauh di atas level normal yang mendekati nol.

Angka ini mencerminkan imbal hasil tahunan yang bisa diperoleh pemegang platinum di brankas London atau Zurich jika menyewakan logamnya untuk jangka pendek.

Pergerakan stok platinum di China. (Bloomberg)

Emas, tembaga, dan logam lainnya dikapalkan ke AS karena pelaku pasar berupaya memanfaatkan dislokasi harga akibat kekhawatiran tarif. Namun, keketatan di pasar platinum terbilang luar biasa.

Meski investor telah melepas sekitar 215.000 ons dari ETF (exchange-traded fund) sepanjang tahun ini, hanya dalam tiga pekan terakhir gudang di New York menyerap hampir 290.000 ons platinum.

China memborong rekor 1,2 juta ons pada kuartal kedua. Negara konsumen terbesar ini mengimpor sebagian besar platinum dari luar negeri, namun volume pengiriman secara konsisten melebihi estimasi permintaan dalam negeri, menurut data Standard Chartered Plc.

Pemerintah Beijing telah memberlakukan pembatasan ekspor ketat untuk logam mulia, dan lagi-lagi, visibilitas data stok sangat terbatas.

Sebagian besar pembelian dilakukan oleh China Platinum Co., perusahaan milik negara yang menjadi satu-satunya entitas yang boleh mengimpor platinum tanpa membayar pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 13%. Hal ini menyulitkan pelaku pasar untuk mengetahui siapa pembeli akhir dari logam tersebut.

Meski China menunjukkan keinginan untuk menimbun logam mulia dan mengendalikan ekspor komoditas strategis, belum jelas berapa banyak dari arus masuk platinum yang akhirnya masuk ke dalam cadangan negara.

Permintaan domestik juga bisa meningkat lebih lanjut seiring peluncuran kontrak platinum futures pertama di China yang akan segera dimulai.

Tersandung Biaya Pinjaman

Konsumen terbesar platinum berasal dari sektor otomotif dan perhiasan. Namun lonjakan biaya pinjaman menjadi beban utama bagi industri yang menggunakan logam ini dalam pembuatan bahan kimia, kaca, hingga peralatan laboratorium.

Pelaku industri lebih memilih menyewa dibanding membeli logam secara langsung karena lebih hemat modal.

Di beberapa titik, likuiditas benar-benar mengering ketika tarif sewa menembus dua digit, membuat sebagian besar peminjam tersingkir dari pasar, menurut sejumlah trader di bank logam mulia dan perusahaan perdagangan komoditas yang enggan disebutkan namanya karena membahas informasi rahasia.

“Ketika tingkat sewa sempat melonjak mendekati 40%, itu sudah gila bagi perusahaan yang bisnisnya memang mengandalkan pinjaman logam,” kata Ed Sterck dari World Platinum Investment Council.

“Hampir semua pelaku pasar punya eksposur terhadap tarif sewa, entah sebagai peminjam atau pemberi pinjaman.”

Tingkat sewa platinum melonjak tajam sepanjang tahun ini. (Bloomberg)

Dalam beberapa pekan terakhir, rata-rata perdagangan spot platinum di London mencapai sekitar US$2 miliar per hari — kurang dari 1 per 50 nilai perdagangan emas, menurut data April dari London Bullion Market Association.

Artinya, investor spekulatif dan hedge fund dengan posisi besar dapat memberikan tekanan signifikan terhadap harga.

Prospek Defisit

Harga platinum telah menguat 45% tahun ini, setelah selama hampir satu dekade berada dalam kisaran US$800–US$1.100 per ons, seiring melambatnya permintaan katalis knalpot akibat pesatnya adopsi kendaraan listrik. Terakhir, harga platinum mendekati US$1.320 per ons.

Sentimen pasar membaik karena platinum diperkirakan mencatat defisit tahunan untuk tahun ketiga berturut-turut, menurut data WPIC. Biaya produksi yang meroket dan gangguan pasokan di Afrika Selatan — produsen terbesar dunia — turut memperkuat sentimen bullish.

Kenaikan harga saat ini membuat sekitar 90% perusahaan tambang sudah mulai mencetak keuntungan, dibanding hanya 60% di akhir tahun lalu, kata Craig Miller, CEO Valterra Platinum Ltd. Namun, itu belum cukup untuk mendorong ekspansi produksi.

“Harga harus naik sekitar 50% lagi agar bisa memicu produksi baru,” tuturnya.

Menurut Marwan Younes, presiden Massar Capital Management — hedge fund komoditas yang mengelola dana sekitar US$1,6 miliar — kondisi ini dapat menciptakan potensi lonjakan harga yang “eksplosif”.

“Mencari tahu apa pemicu pastinya mungkin tak sepenting melihat struktur pasar yang sudah seperti tumpukan jerami kering,” katanya.

Lonjakan impor China belakangan ini disebut sebagai pendorong utama reli harga tahun ini. “Kami sangat bullish terhadap platinum.”

Layaknya emas, semakin langka platinum, makin besar pula keinginan pasar, kata Thomas Roderick, manajer portofolio di hedge fund Trium Capital LLP.

“Ketika harga sempat turun, itu jadi penurunan yang memicu dirinya sendiri. Tapi sekarang, kita benar-benar sedang mengalami kelangkaan,” ujar Roderick.

(bbn)

No more pages