Logo Bloomberg Technoz

Kemarin, harga emas dunia di pasar spot ditutup di US$ 3.382,1/troy ons. Menguat 0,23% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya dan menjadi yang tertinggi sejak 23 Juli atau 2 minggu terakhir.

Harga emas dunia genap naik 4 hari beruntun. Selama 4 hari tersebut, harga bertambah 3,28%.

Sentimen positif bagi harga emas adalah ekspektasi terhadap penurunan suku bunga acuan, terutama di Amerika Serikat (AS). Ini terjadi usai rilis data yang mengecewakan.

Institute of Supply Management (ISM) melaporkan aktivitas sektor jasa AS yang dicerminkan dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) berada di 50,1 pada Juli. Turun ketimbang Juni yang sebesar 50,8 dan berada di bawah ekspektasi pasar dengan perkiraan 51,5.

Data ini menggambarkan sektor jasa Negeri Paman Sam mengalami stagnasi. PMI di atas 50 memang menunjukkan aktivitas yang ekspansif, tetapi PMI jasa di AS tidak jauh dari 50 sehingga bisa dibilang netral.

“Topik yang paling umum dikemukakan oleh dunia usaha adalah dampak terkait kebijakan tarif. Terutama di harga komoditas,” sebut keterangan ISM.

Oleh karena itu, pelaku pasar makin yakin bahwa bank sentral Federal Reserve bakal  menurunkan suku bunga acuan. Mengutip CME FedWatch, kemungkinan penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4-4,25% dalam rapat September mencapai 92,4%. 

Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas niscaya lebih menguntungkan saat suku bunga bergerak turun.

“Kecemasan akan perlambatan ekonomi di AS di tengah kekhawatiran terhadap risiko inflasi akibat kebijakan tarif membuat permintaan emas meningkat. Dengan ekspektasi penurunan suku bunga yang makin besar, emas pun menjalani momentum bullish,” tutur Ewa Manthey, Strategist di ING Groep NV, seperti dikutip dari Bloomberg News.

(aji)

No more pages