Logo Bloomberg Technoz

Sementara di pasar offshore Nondeliverable Forward (NDF), rupiah bergerak di kisaran Rp16.419/US$, sedikit lebih lemah dari posisi penutupan akhir pekan lalu di Rp16.390/US$.

Penguatan mata uang di Asia pagi ini terutama karena sentimen suku bunga acuan The Fed. 

Data tenaga kerja AS yang diumumkan pada Jumat pekan lalu memberi menaikkan ekspektasi penurunan Fed fund rate bulan depan dengan probabilitas mencapai 90%.

Ekspektasi yang membesar itu terlihat dari pergerakan tingkat imbal hasil alias yield US Treasury, surat utang AS. 

Pagi ini, yield UST di semua tenor turun tajam bahkan UST-2Y yang sensitif dengan kebijakan suku bunga acuan, turun hingga 28 basis poin di level 3,677%, seperti ditunjukkan oleh data Bloomberg.

"September adalah waktu yang tepat untuk penurunan suku bunga—dan mungkin bahkan pemotongan 50 basis poin untuk mengganti waktu yang hilang," kata Jamie Cox dari Harris Financial Group, dilansir dari Bloomberg News.

Sebelumnya, Badan Statistik AS melaporkan anjloknya pertumbuhan lapangan kerja di negeri itu. Data payroll hanya bertambah 73.000 pada Juli setelah dua bulan sebelumnya direvisi turun hampir 260.000. Dalam tiga bulan terakhir, rata-rata pertumbuhan lapangan kerja hanya 35.000.

Pertumbuhan ekonomi

Rupiah pada pekan ini akan dipengaruhi pula oleh agenda padat kalender ekonomi domestik.

Pekan ini akan dibuka dengan pelaporan kinerja pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia untuk capaian kuartal II-2025.

Konsensus pasar yang dihimpun oleh Bloomberg sampai Senin pagi ini (4/8/2025), memperkirakan, ekonomi Indonesia akan tumbuh 4,8% year-on-year pada kuartal II-2025, melambat dibanding capaian kuartal I-2025 yang sebesar 4,87%.

Sedangkan secara kuartalan (qtq), PDB Indonesia pada kuartal kedua tahun ini diperkirakan tumbuh 3,68% setelah pada kuartal sebelumnya terkontraksi sebesar 0,98%.

Selain laporan pertumbuhan ekonomi RI tersebut, pada pekan ini pasar juga perlu mencermati perkembangan posisi cadangan devisa pada bulan Juli dengan rupiah sepanjang bulan tersebut mencetak pelemahan 1,34% di apsar spot, menghentikan torehan penguatan bulanan pada Mei dan Juni.

Pekan ini, Bank Indonesia juga akan merilis laporan terbaru Survei Konsumen yang akan memberikan gambaran kondisi konsumen di Indonesia, termasuk persepsi terhadap ketersediaan lapangan kerja dan animo belanja durable goods, juga perkembangan konsumsi serta rasio utang berikut rasio tabungan masyarakat.

(rui)

No more pages