Logo Bloomberg Technoz

Alasannya, realisasi harga rata-rata minyak mentah meleset sepanjang semester I-2025 dari asumsi APBN 2025.

“Harga minyak dalam APBN itu US$82 per barel, tapi realisasinya rata-rata di bawah US$70 atau US$69 per barel,” kata Djoksis.

Konsekuensinya, penerimaan negara sampai periode yang berakhir Juni 2025 baru mencapai US$5,88 miliar atau 45,1% dari target yang ditetapkan tahun ini sebesar US$13,03 miliar.

Adapun, penerimaan negara semester I-2025 itu minus 22,94% dibandingkan dengan torehan sepanjang periode yang sama tahun sebelumnya di angka US$7,63 miliar.

“Karena harga minyaknya rendah meski produksinya kita mencapai target,” kata dia.

Sementara itu, realisasi cost recovery atau pengembalian ongkos kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) tembus di angka US$4,48 miliar atau 52,7% dari alokasi yang ditetapkan tahun ini sebesar US$8,5 miliar.

Lifting Masih Minus 

Realisasi investasi dan penerimaan negara itu relatif ikut tergambar dari tren penurunan lifting migas yang masih berlanjut sampai pertengahan tahun ini. 

SKK Migas melaporkan realisasi lifting migas mencapai 1.557,1 ribu barel setara minyak per hari (mboepd) per semester I-2025.

Realisasi lifting pada paruh pertama tahun ini lebih rendah 3,29% dari target anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2025 yang dipatok 1.610 mboepd.

“Sejak bulan Juli itu naik terus lifting per hari sekitar 100 barel, semoga bisa mencapai target APBN,” kata Djoksis.

Adapun, lifting migas itu berasal dari realisasi lifting minyak sebesar 578 ribu barel per hari (mbopd), sekitar 95,5% dari target yang dipatok dalam APBN sebesar 605 mbopd.

Sementara itu, salur gas sampai periode yang berakhir Juni 2025 mencapai 5.483 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd). Realisasi salur gas itu telah mencapai 97,4% dari target yang tertuang dalam APBN 2025 sebesar 5.628 MMscfd.

Di sisi lain, Djoksis optimis capaian lifting migas bakal sesuai dengan target yang tertuang dalam APBN 2025, selepas sejumlah proyek unggulan onstream paruh pertama tahun ini.

Menurut dia, lembagannya tengah mengawal sejumlah blok migas potensial lainnya untuk onstream tepat waktu pada semester II-2025.

“Terutama dari Forel dan Terubuk yang diresmikan bapak presiden dan kenaikan lifting dari Banyu Urip juga, prediksi kita bisa naik,” tuturnya.

(naw)

No more pages