Logo Bloomberg Technoz

"Tujuan latihan Han Kuang tahun ini untuk memperkuat kemampuan Taiwan dalam memberikan perlawanan jangka panjang dan membangun ketahanan di kalangan militer dan masyarakat sipil, sebagaimana ditekankan oleh Presiden Lai Ching-te," kata Chieh Chung, peneliti tamu di Institut Penelitian Pertahanan dan Keamanan Nasional, lembaga think tank yang berafiliasi dengan pemerintah di Taipei.

"Perencanaan latihan tahun ini lebih mencerminkan skenario aktual yang mungkin terjadi jika China melancarkan serangan militer terhadap Taiwan."

Presiden Taiwan Lai Ching-te. (Fotografer: I-Hwa Cheng/Bloomberg)

Sejak menjadi presiden tahun lalu, Lai memprioritaskan persiapan Taiwan menghadapi serangan China. Dalam beberapa pekan terakhir, ia menyampaikan serangkaian pidato di seluruh Taiwan, menyerukan masyarakat untuk bersatu menghadapi China,

Pidato-pidatonya dikecam keras oleh Beijing karena menyinggung kemerdekaan. Dan pada September tahun lalu, Lai mengadakan pertemuan pertama komite pertahanan sipil untuk memastikan kepulauan tersebut bisa berfungsi dalam keadaan darurat apa pun.

Upaya Lai ini sebagian besar merupakan respons terhadap tekanan militer China yang semakin meningkat. Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) berulang kali mengadakan latihan militer di sekitar Taiwan sejak Lai menjabat.

Taipei menyatakan bahwa pada Mei lalu, China mengerahkan puluhan kapal perang dan kapal pemerintah di wilayah tersebut setiap hari, menggambarkan aktivitas tersebut sebagai upaya tekanan ekstrem.

Menyoroti intimidasi PLA, bulan lalu China mengirimkan pesawat tempur terbanyak ke Taiwan sejak Oktober, setelah anggota Kongres AS mengadakan pertemuan langka dengan Menteri Pertahanan Taiwan, Wellington Koo.

Beijing memandang kepulauan tersebut sebagai bagian dari wilayahnya yang harus dikuasainya, secara paksa jika cara damai gagal.

AS merupakan pendukung militer Taiwan. Pada Mei, Menteri Pertahanan Pete Hegseth memperingatkan bahwa persiapan untuk mengantisipasi potensi invasi China sangat dibutuhkan. Namun, para pejabat Taipei meyakini konflik dengan Beijing tidak akan segera terjadi.

Latihan Han Kuang tahun ini juga akan melibatkan lebih banyak peralatan militer yang dibeli Taiwan dari AS. Pada Mei, Taiwan melakukan uji tembak langsung pertama sistem roket peluncur ganda HIMARS buatan AS, yang telah terbukti sangat efektif dalam upaya Ukraina untuk mempertahankan diri dari invasi Rusia.

Salah satu alasan Taiwan memperpanjang latihan menjadi 10 hari adalah kebutuhan untuk menguji senjata baru, terutama drone, kata Chieh, merujuk pada kendaraan udara tak berawak yang memainkan peran besar dalam perang di Ukraina dan dianggap Taipei semakin penting.

"Militer saat ini sedang mengembangkan pedoman operasional dan taktik untuk penggunaan drone serta langkah balasan terhadap UAV China," ujarnya. "Latihan ini berfungsi sebagai platform untuk memvalidasi dan merevisi draf awal pedoman tersebut."

Latihan tahun ini akan lebih fokus pada perang kota dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pertanda bahwa pejabat militer Taiwan kurang optimis terhadap kemampuannya menghentikan PLA yang berkembang pesat di laut maupun di udara dibandingkan sebelumnya.

Latihan Han Kuang juga akan memperhitungkan peningkatan penggunaan "gangguan zona abu-abu" oleh China, kata Lin Ying-yu, asisten profesor di Institut Pascasarjana Urusan Internasional dan Studi Strategis Universitas Tamkang di Taipei—merujuk pada hal-hal seperti propaganda disinformasi dan provokasi untuk memicu pertempuran.

"Ancaman China terhadap Taiwan telah berkembang," ujarnya. "Jadi, penting bagi Taiwan untuk memasukkan respons terhadap taktik semacam itu ke dalam latihan."

Lin menambahkan, "mengintegrasikan ketahanan pertahanan seluruh masyarakat juga penting karena peperangan modern tidak lagi membedakan antara garis depan dan garis belakang—area belakang juga bisa jadi sasaran serangan."

(bbn)

No more pages