Bloomberg News memberitakan, pembangkit tenaga matahari dan angin di China memiliki kapasitas yang sudah melebihi energi fosil. Per Mei, pembangkit listrik tenaga matahari di China memiliki kapasitas puncak di 1,08 terawatt yang setara dengan 1.000 pembangkit tenaga nuklir.
Produksi batu bara masih masih tumbuh, tetapi kini menjadi timbunan karena harga energi baru-terbarukan makin terjangkau. Pada Januari-Mei, penjualan batu bara China Shenhua Energy Co (perusahaan tambang batu bara terbesar China) turun 12,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pada 5 bulan pertama 2025, pembangkitan listrik dari energi fosil pun turun 3,1% dari periode yang sama pada 2024.
Analisis Teknikal
Jadi bagaimana ‘ramalan’ harga batu bara untuk minggu ini? Berapa saja target yang perlu dicermati oleh pelaku pasar?
Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), batu bara masih bertengger di zona bullish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 54.
RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish. Namun RSI batu bara belum terlampau jauh dari 50 sehingga bisa dibilang masih netral.
Sementara indikator Stochastic RSI sudah menyentuh 100. Paling tinggi, sangat jenuh beli (overbought).
Pekan ini, ada kemungkinan harga batu bara akan terpangkas. Target support terdekat adalah US$ 107/ton. Jika tertembus, maka target berikutnya ada di kisaran US$ 103-100/ton.
Sedangkan target resisten ada di US$ 115/ton. Penembusan di titik ini bisa mengerek harga batu bara ke rentang US$ 121-129/ton.
(aji)
































