Penurunan angka kelahiran menjadi tantangan besar bagi perekonomian China. Populasi usia kerja terus menyusut, mengancam ketersediaan tenaga kerja dan produktivitas. China yang kehilangan predikat sebagai negara terpadat di dunia dari India pada 2023, diperkirakan akan melihat jumlah penduduknya turun menjadi 1,3 miliar pada 2050 dan di bawah 800 juta pada 2100, menurut proyeksi demografi PBB.
Penurunan populasi ini salah satunya dipicu oleh angka pernikahan yang anjlok ke level terendah dalam hampir 50 tahun, sehingga dikhawatirkan akan semakin menekan jumlah kelahiran.
Kondisi ini telah mendorong banyak pemerintah daerah di China untuk mengeluarkan berbagai kebijakan, mulai dari insentif tunai hingga subsidi perumahan, guna meringankan beban keuangan keluarga dan mendorong pasangan untuk memiliki anak.
Beberapa subsidi daerah bahkan terbilang cukup besar. Pada Maret lalu, Hohhot, ibu kota Daerah Otonomi Mongolia Dalam, menjadi sorotan nasional karena menawarkan subsidi 50.000 yuan bagi pasangan yang memiliki anak kedua, dan 100.000 yuan untuk anak ketiga atau lebih.
(bbn)