“Dan salah nanti jalan kita menuju swasembada energi adalah listrik, listrik dari tenaga surya, dan listrik dari tenaga surya kuncinya baterai. Dan hari ini kita saksikan, tadi laporannya menghasilkan 15 gigawatt, [GW]” kata Prabowo.
Dengan begitu, Kepala Negara juga menargetkan pembangunan pabrik-pabrik terkait dengan hilirisasi serupa dalam masa mendatang untuk mencapai swasembada energi.
Para pakar juga menyampaikan kepadanya bahwa Indonesia setidaknya membutuhkan 100 GW listrik untuk mencapai swasembada energi.
“Berarti mungkin proyek ini harus dilipatgandakan, mungkin. Saya percaya kita mampu melaksanakan itu,” klaim Prabowo.
Proyek EV tersebut terdiri dari enam proyek, di mana lima di antaranya dikembangan di kawasan Halmahera Timur, Maluku Utara dan satu proyek dikembangkan di Karawang, Jawa Barat.
Proyek baterai EV itu dijalankan melalui perusahaan patungan CATL, Brunp, dan Lygend yaitu Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd (CBL). Kemudian Konsorsium CBL menggandeng IBC yang mewakili pemerintah Indonesia termasuk PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam, bekerja sama dalam proyek hilirisasi ini.
Proyek dijalankan melalui serangkaian pembentukan joint venture (JV) yang mencakup tiga tahap industri yaitu hulu (tambang), midstream (pengolahan), dan hilir (produksi dan daur ulang baterai).
Di sisi hulu, IBC dan CBL membentuk tiga usaha patungan, salah satunya adalah PT Sumber Daya Arindo (SDA) yang mengelola tambang nikel. Antam memegang 51% saham di SDA, sementara sisanya dimiliki oleh afiliasi CBL, yakni Hongkong CBL Limited (HKCBL).
Selain SDA, struktur JV juga mencakup PT Feni Haltim (PFT) yang akan mengembangkan fasilitas pirometalurgi berbasis rotary kiln electric furnace (RKEF) serta kawasan industri di Halmahera Timur.
Dalam entitas ini, Antam memegang 40% saham. Sementara itu, untuk fasilitas hidrometalurgi atau high pressure acid leach (HPAL), Antam memiliki 30% porsi kepemilikan.
Di sektor menengah hingga hilir, IBC berperan dalam pengolahan bahan baku baterai, perakitan sel, hingga pengelolaan daur ulang. IBC memiliki 30% saham di proyek pengolahan dan produksi baterai, serta 40% saham dalam proyek daur ulang baterai.
Skema ini menunjukkan kecenderungan kepemilikan minoritas dari pihak Indonesia di sisi manufaktur.
Dalam kesempatan itu, Prabowo turut mengucapkan apresiasinya terhadap pihak China dan CATL yang turut mendukung proyek tersebut.
“Saya ucapkan selamat pada semua unsur, terima kasih kawan-kawan kita dari CATL, dari Tiongkok. Kerja sama ini saya kira sangat penting dan menguntungkan semua pihak, di tengah dunia penuh konflik, kawasan kita penuh perdamaian,” tegas Kepala Negara.
(azr/wdh)
































