Satu-satunya wajah lama yang tetap bertahan adalah Honesty Bashir, yang masih menjabat sebagai Direktur Wholesale & International Service.
Manajemen baru ini langsung bergerak cepat dalam 100 hari pertama, mereka menyiapkan tujuh program prioritas sebagai fondasi percepatan transformasi Telkom.
VP Corporate Communication Telkom, Andri Herawan Sasoko, menjelaskan bahwa yang pertama adalah penguatan bisnis inti Telkomsel, termasuk integrasi penuh layanan fixed-mobile pasca akuisisi IndiHome oleh Telkomsel, agar semakin mendominasi pasar seluler dan broadband nasional.
Kedua, peningkatan kontribusi anak usaha non-Telkomsel seperti Metranet dan Telkomsigma, yang selama ini dinilai belum memberikan kinerja optimal. Ketiga, peningkatan customer experience di seluruh lini layanan TelkomGroup, baik untuk ritel maupun korporasi, terutama dalam ekosistem digital.
Keempat, efisiensi belanja modal (Capex) dan biaya operasional (Opex) sebagai bagian dari strategi menjaga ketahanan keuangan dan meningkatkan profitabilitas. Kelima, penguatan tata kelola perusahaan melalui penerapan prinsip kehati-hatian dalam ekspansi dan manajemen risiko.
Keenam, transformasi budaya kerja, dengan menanamkan nilai-nilai baru yaitu bravery, integrity, service excellence, dan agility (BISA), agar organisasi lebih lincah menghadapi perubahan.
Terakhir, penyusunan blueprint digital holding untuk menyelaraskan arah pertumbuhan anak usaha dan menciptakan struktur portofolio yang lebih fokus. Meski begitu, Telkom mengaku belum menerima arahan resmi dari Kementerian BUMN terkait pembentukan holding.
“Karena ini sudah pertengahan tahun, seluruh program harus dipacu agar target revenue, EBITDA, dan pertumbuhan pelanggan bisa tercapai. Tujuh fokus ini menjadi acuan utama kami,” kata Andri dalam acara media briefing di Jakarta, Kamis (20/6/2025).
Ia juga menepis anggapan bahwa fokus pada efisiensi akan memperlambat ekspansi.
“Bukan slowdown, tapi semua dijalankan berdasarkan prioritas. Target tetap ada, tapi seperti strategi 100 hari, kita utamakan yang paling krusial dulu,” tegasnya.
Andri menambahkan bahwa Telkom tetap menyesuaikan langkah bisnisnya dengan kebijakan pemerintah. Namun saat ini, prioritas utama adalah mengeksekusi transformasi internal seefektif mungkin di bawah struktur manajemen baru.
Sikap Bullish
Riset terbaru Mandiri Sekuritas tertanggal 13 Juni 2025 menyebutkan bahwa TLKM adalah satu-satunya saham sektor telko yang layak dipertahankan dengan rating buy. Target harga dari Mandiri Sekuritas ada di level Rp3.500/saham.
Hal ini didasarkan pada sejumlah faktor, mulai dari strategi penurunan capex, penguatan arus kas bebas (free cash flow/FCF), peningkatan dividen, hingga potensi valuasi jangka menengah yang masih menarik.
Salah satu temuan penting dalam riset Mandiri adalah fakta bahwa TLKM telah menurunkan rasio capex terhadap pendapatan menjadi 16,3% pada 2024. Angka ini jauh lebih rendah dibanding rata-rata historis 10 tahun terakhir yang berada di kisaran 21–27%.
Dengan belanja yang lebih disiplin, arus kas perusahaan pun menguat, yang membuka ruang bagi pembagian dividen yang lebih tinggi dan berkelanjutan. Valuasi TLKM dihitung menggunakan pendekatan dividend discount model (DDM) dengan skenario wajar di kisaran Rp2.500–Rp4.900 per saham, tergantung pada pertumbuhan DPS ke depan.
Telkom juga telah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham untuk melakukan pembelian kembali saham (buyback) senilai Rp3 triliun, dengan target menyerap 1–2% dari saham free float.
Langkah ini dinilai sebagai sinyal kepercayaan manajemen terhadap fundamental perusahaan, sekaligus upaya untuk menjaga stabilitas harga saham di tengah tren penurunan transaksi harian yang terjadi sejak awal tahun.
Secara industri, tahun 2025 tercatat sebagai periode pertama sejak 2018 di mana pendapatan layanan seluler mengalami kontraksi sebesar 0,1% YoY. Faktor utamanya adalah daya beli yang masih lemah, ARPU yang stagnan, dan kompetisi harga yang makin brutal.
Namun, TLKM dianggap lebih adaptif dibandingkan dengan kompetitor seperti XL Axiata (EXCL) dan Indosat Ooredoo Hutchison (ISAT). Meskipun ROE Telkom diproyeksikan turun menjadi 19,2% pada 2025, angka ini masih berada di atas operator regional seperti SingTel, Telekom Malaysia, dan Axiata Group.
"Meskipun kondisi industri sulit, langkah TLKM sejauh ini menunjukkan arah yang lebih realistis untuk menjaga keseimbangan antara profitabilitas dan pertumbuhan," Analis Mandiri Sekuritas, Henry Tedja dan Danif Nouval dalam risetnya.
Konsensus analis dalam survei Bloomberg masih memasang sikap bullish, tercermin dari 31 analis yang merekomendasikan buy.
Hanya ada 10 analis yang merekomendasikan hold saham TLKM tanpa ada satu pun analis yang merekomendasikan sell. Target harga saham TLKM untuk 12 bulan ke depan ada di level Rp3.234/saham.
(dhf)




























