Ketika rupiah menguat menghapuskan semua penurunan selama turbulensi awal perang dagang, indeks saham domestik juga masih bertahan di zona hijau. IHSG menutup sesi pertama perdagangan hari ini dengan penguatan 0,34% di level 6.789.
Sementara di pasar surat utang, pergerakan harga obligasi negera cenderung stabil. Tenor pendek 1Y yield-nya terpangkas 7,8 bps ke level 6,293%. Sementara tenor 5Y bergerak naik sedikit 0,5 bps kini di 6,638%.
Adapun tenor acuan 10Y, juga bergerak sedikit 0,5 bps imbal hasilnya kini di 6,880%.
Kini, pasar menunggu data terbaru kondisi pasar kerja di AS yang akan dirilis nanti malam. Bila ternyata penambahan lapangan kerja di Negeri Paman Sam lebih kecil ketimbang ekspektasi pasar, rupiah berpeluang melanjutkan penguatan lebih besar.
Pelemahan pasar kerja di AS akan menaikkan ekspektasi terhadap pemangkasan bunga acuan negeri itu sehingga akan menurunkan pamor dolar AS. Ketika the greenback makin susut pamornya, rupiah bisa semakin kuat.
Secara teknikal setelah hari ini rupiah berhasil menembus level resistance kuat di Rp16.500/US$, bila penguatan berlanjut, rupiah potensial menuju Rp16.200/US$.
Peluang BI rate
Hari ini, Badan Pusat Statistik mengumumkan data inflasi April yang melejit ke level tertinggi sejak Agustus 2024, di angka 1,95% year-on-year.
Namun, meski inflasi melejit lagi bahkan ketika musim Lebaran telah berlalu, ruang bagi pemangkasan bunga acuan BI rate dinilai masih terbuka pada Mei ini. Terlebih dengan kini rupiah berangsur membaik.
Itu karena indikator utama perekonomian makin menunjukkan kebutuhan akan respon kebijakan yang lebih longgar, juga perlunya Indonesia memitigasi dampak lebih buruk dari guncangan perdagangan global.
S&P Global merilis data terbaru aktvitas manufaktur Indonesia pada April yang merosot tajam ke zona kontraksi, terendah sejak 2021.
Aktivitas manufaktur yang dicerminkan dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) di Indonesia tercatat di angka 46,7 pada April. Melorot signifikan ketimbang Maret yang mencapai 52,4.
Bank Indonesia telah menahan BI rate selama tiga bulan beruntun. Terakhir kali pemangkasan bunga acuan dilakukan adalah pada Januari, yang mengejutkan pasar.
Ditahannya BI rate terutama karena rupiah yang masih terancam pelemahan akibat arus keluar modal asing yang luar biasa besar terutama dari pasar saham.
Dengan kini rupiah mulai membaik, peluang penurunan bunga acuan untuk mendorong perekonomian lebih laju, jadi lebih besar.
(rui)






























