Logo Bloomberg Technoz

“Khusus negara-negara di Asia, selain komponen [harga] LPG yang naik, komponen sewa tanker juga naik karena jaraknya lebih jauh dibandingkan secara tradisional dengan negara Asia—termasuk Indonesia — yang mengimpor LPG dari Timur Tengah,” terangnya.

Harga Naik

Hadi, yang juga Direktur Utama PT Petrogas Jatim Utama Cendana (PJUC), menambahkan harga LPG di AS sendiri mengalami fluktuasi dan bergerak di rentang US$600—US$800 per ton.

Namun, dalam situasi saat ini ketika permintaan LPG AS naik dari negara-negara yang berniat menghindari tarif Trump, harga LPG dari negara tersebut bisa mencapai batas atas sekitar US$800/ton.

“Ditambah dengan biaya pengapalan yang lebih mahal karena jarak lebih jauh, maka diperkirakan harga LPG AS yang sampai di Jakarta akan lebih mahal dari LPG dari Timur Tengah,” ujarnya. 

Kondisi tersebut pada ujungnya berisiko mengerek harga jual LPG nonsubsidi di tingkat eceran, serta membengkakkan anggaran subsidi untuk LPG 3 Kg atau Gas Melon.

Dok. PT Pertamina International Shipping (PIS)

Sayangnya, di tengah risiko tersebut, Hadi menilai posisi negosiasi Indonesia di hadapan AS kurang kuat. Walhasil, Indonesia cenderung harus menerima saja harga LPG dari AS yang lebih mahal dalam jangka pendek.

Konversi ke LNG

Namun, dalam jangka menengah dan panjang, pemerintah bisa melakukan program konversi LPG ke gas dengan membangun infrastruktur transmisi dan distribusi gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) yang masif dan agresif, serta tidak terbatas pada pipa konvensional dan pipa virtual.

“Tindak lanjutnya, terkait dengan perdagangan dengan AS, [ke depannya] impor LPG bisa diganti dengan impor LNG sepanjang LNG domestik juga terserap, sebagai bagian pennting dari rantai pasok konversi LPG ke gas. Terlebih, harga per satuan kalori MMBtu LNG lebih murah dari LPG,” jelas Hadi.

Untuk diketahui, pemerintah berencana menaikkan porsi impor LPG dari AS dari hanya 54% menjadi sekitar 80%—85% dari total impor komoditas tersebut, yang sebanyak 7—8 juta ton/tahun.

Hal itu dikonfirmasi oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia usai rapat di Istana Negara dengan Presiden Prabowo Subianto, guna membahas rencana penaikan pembelian LPG dan minyak mentah dari AS guna menghindari tarif imbal balik sebesar 32% yang direncanakan Trump.

“Sekarang kan 54% impor LPG kita dari Amerika dan kita akan naikkan sekitar 80%—85%. Kemudian, [impor] crude oil kita dari Amerika itu tidak lebih dari 4%, kita naikkan menjadi 40% lebih,” ujarnya ditemui di kompleks Istana, Kamis (17/4/2025) petang.

Rencana kenaikan impor dari AS, kata Bahlil, juga akan dilakukan untuk komoditas bahan bakar minyak (BBM).

Akan tetapi, dia belum mendetailkan berapa kenaikan porsi impor BBM dari AS yang direncanakan pemerintah karena masih akan dibahas bersama tim teknis Kementerian ESDM dan tim dari PT Pertamina (Persero).

Dia pun mengindikasikan rencana kenaikan impor berbagai komoditas migas dari AS itu memiliki taksiran nilai di atas US$10 miliar (sekitar Rp168,75 triliun asumsi kurs saat ini).

Namun, dia belum dapat memastikan kapan rencana tersebut dieksekusi lantaran masih harus dibahas bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), impor migas Indonesia sepanjang 2024 mencapai US$36,27 miliar. Postur impor itu berasal dari pembelian minyak mentah senilai US$10 dan hasil migas sebesar US$25,92 miliar.

Adapun, impor LPG Indonesia sepanjang 2024 mencapai 6,89 juta ton dengan nilai mencapai US$3,78 miliar. Porsi impor LPG dari Amerika Serikat mencapai 3,94 juta ton, dengan nilai impor US$2,03 miliar.

Selain AS, Indonesia selama ini mengimpor LPG dari Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, Arab Saudi hingga Algeria.

Di sisi lain, kuota impor minyak mentah Indonesia dari AS terbilang kecil dibandingkan dengan realisasi impor sepanjang 2024. Indonesia mengimpor minyak mentah dari AS sekitar US$430,9 juta pada periode tersebut.

Sebagian besar impor minyak mentah Indonesia berasal dari  Arab Saudi, Angola, Nigeria hingga Autralia. Sementara itu, impor BBM kebanyakan berasal dari kilang di Singapura. 

-- Dengan asistensi Mis Fransiska Dewi

(wdh)

No more pages