Logo Bloomberg Technoz

“Pesanan spot dari pelaku hilir melonjak tajam,” kata dia.

Pasar tembaga global—seperti halnya komoditas industri utama lainnya—dilanda gejolak pada awal 2025. Harga sempat anjlok mendekati US$8.000 per ton pada April.

Situasi menjadi semakin kompleks bagi logam yang digunakan sebagai bahan baku pipa, kabel, dan baterai ini.

Di satu sisi, tarif dagang yang luas dapat menekan pertumbuhan dan konsumsi. Di sisi lain, pemerintahan Donald Trump justru membuka peluang kenaikan harga di AS dengan mempertimbangkan pengenaan tarif baru atas impor, yang berpotensi mengalihkan pasokan dari negara lain.

Dalam waktu bersamaan, muncul spekulasi bahwa Beijing akan menggulirkan stimulus tambahan untuk menopang perekonomian terbesar kedua dunia tersebut, sekaligus mengimbangi tekanan dari luar negeri akibat tarif balasan dari Trump—meski pemerintah AS juga mengisyaratkan kemungkinan pembicaraan dan kesepakatan.

Sejumlah bank besar, termasuk Goldman Sachs Group Inc., pun memangkas proyeksi harga tembaga.

Logam yang kerap dijadikan indikator pertumbuhan ekonomi global ini kini diperkirakan mengalami surplus, dengan rata-rata harga bulanan anjlok hingga US$8.300 per ton pada kuartal ketiga. Kontrak berjangka terakhir diperdagangkan di level US$9.424 per ton di London.

Sementara itu, di China — negara yang perannya sangat vital dalam sisi permintaan maupun produksi tembaga rafinasi—minat pembeli tetap terjaga, terutama saat harga mengalami koreksi.

“Permintaan di pasar spot—baik dari survei pelaku hilir maupun konsumsi nyata—semuanya menunjukkan hasil yang sangat baik,” kata Angela Bi, Kepala Riset Logam dan Mineral Asia di Mercuria Energy Group Ltd., dalam konferensi yang diselenggarakan oleh Shanghai Metals Market di Nanchang, Jiangxi.

“Indikatornya nyaris terlalu baik untuk dipercaya,” tambahnya.

Sejumlah sinyal domestik turut memberikan sentimen positif. Persediaan tembaga yang dipantau oleh Shanghai Futures Exchange anjlok paling tajam sejak 2023 pada awal bulan ini setelah harga turun, menandakan peningkatan permintaan.

Sementara itu, Yangshan premium—indikator permintaan impor—baru-baru ini menyentuh level tertinggi sejak 2023.

Di sisi lain, kontrak berjangka tembaga berdenominasi yuan mengalami kondisi backwardation yang curam, mencerminkan keketatan pasokan dalam jangka pendek.

Perubahan di pasar scrap juga menjadi sorotan, terutama setelah Beijing mengenakan tarif balasan terhadap pengiriman dari AS, yang berpotensi menghambat aliran pasokan.

Di dalam negeri, ketersediaan logam bekas pun menyusut, membatasi pasokan bahan baku ke smelter.

“Stok tembaga scrap impor di China turun drastis,” kata Bi.

(bbn)

No more pages