Logo Bloomberg Technoz

Pertama-tama ia berbicara tentang Tanah Suci, "yang terluka oleh konflik,” dan rumah bagi "ledakan kekerasan yang tak berkesudahan." Ia menyatakan kedekatannya, khususnya, dengan orang-orang Gaza dan komunitas Kristen di daerah kantong tempat "konflik yang mengerikan terus menyebabkan kematian dan kehancuran, serta menciptakan situasi kemanusiaan yang dramatis dan menyedihkan."

Paus sekali lagi menyerukan masyarakat internasional untuk bertindak dan "memberikan bantuan kepada orang-orang yang kelaparan yang mendambakan masa depan yang damai."

Warga Palestina memeriksa kerusakan usai serangan udara Israel di permukiman Shejaiya, sebelah timur Gaza, Selasa (18/3/2025). (Ahmad Salem/Bloomberg)

"Saya memohon sekali lagi," katanya, "untuk segera melakukan gencatan senjata di Jalur Gaza, pembebasan para sandera ... dan akses bantuan kemanusiaan."

Doa Paus ditujukan pada komunitas Kristen di Lebanon dan Suriah, "yang saat ini sedang mengalami masa transisi yang sulit dalam sejarahnya," dan mendesak seluruh Gereja "untuk senantiasa mendoakan umat Kristiani di Timur Tengah yang tercinta."

Beralih ke Yaman, yang mengalami salah satu krisis kemanusiaan paling serius dan berkepanjangan di dunia karena perang, Paus meminta semua pihak yang terlibat untuk menemukan solusi "melalui dialog yang konstruktif."

Ketidakstabilan Politik

Untuk Ukraina, yang "hancur karena perang," Paus memohon karunia perdamaian dari Kristus yang Bangkit.  "Semoga semua pihak yang terlibat terus berupaya menuju perdamaian yang adil dan abadi."

Ia juga berbicara tentang Kaukasus Selatan, di mana ketegangan yang sudah berlangsung lama membutuhkan rekonsiliasi yang mendesak. Secara khusus, ia berdoa untuk perjanjian damai akhir antara Armenia dan Azerbaijan, dan untuk pemulihan di wilayah tersebut.

Di Balkan Barat, Paus Fransiskus berdoa agar cahaya Paskah mengilhami para pemimpin untuk meredakan ketegangan dan menolak tindakan yang mengacaukan dan memilih jalan harmoni, bersama dengan tetangga mereka.

Afrika & Kebebasan Beragama

Benua Afrika juga masuk dalam doa Paskah Paus.

Seruan pertamanya ditujukan pada rakyat Republik Demokratik Kongo, lalu pada rakyat Sudan dan Sudan Selatan, serta pada mereka yang terjebak dalam kekerasan di Sahel, Tanduk Afrika, dan wilayah Danau Besar.

"Dalam menghadapi kekejaman konflik yang melibatkan warga sipil yang tak berdaya dan menyerang sekolah, rumah sakit, dan pekerja kemanusiaan, kita tidak bisa membiarkan diri kita lupa bahwa yang diserang bukanlah target, tetapi manusia, yang masing-masing memiliki jiwa dan martabat kemanusiaan."

Ia berdoa, khususnya, bagi orang-orang Kristen yang tidak dapat menjalankan iman mereka dengan bebas di seluruh benua.

"Tidak akan ada perdamaian tanpa kebebasan beragama, kebebasan berpikir, kebebasan berekspresi, dan menghormati pandangan orang lain," ujarnya, sembari menambahkan, tidak akan ada perdamaian tanpa pelucutan senjata yang sejati.

Hancurkan Sekat Pemisah

Paus bilang, "cahaya Paskah mendorong kita untuk menghancurkan sekat-sekat yang memisahkan kita."

Penghalang ini tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga politik, ekonomi, dan spiritual. Dia menyerukan negara-negara untuk menggunakan sumber daya mereka, bukan untuk mempersenjatai diri, tetapi untuk memerangi kelaparan, berinvestasi dalam pembangunan, dan "saling peduli."

Paus mengimbau semua orang yang memegang posisi tanggung jawab politik di dunia untuk tidak menyerah pada logika ketakutan, tetapi menggunakan sumber daya untuk membantu mereka yang membutuhkan, "untuk memerangi kelaparan dan mendorong inisiatif yang menopang pembangunan."

"Ini," kata Paus, "adalah 'senjata' perdamaian: senjata yang membangun masa depan, alih-alih menabur benih kematian!"

Harapan bagi Myanmar

Paus pun tidak melupakan rakyat Myanmar, yang terus menderita akibat konflik dan, yang terbaru, gempa bumi dahsyat di Sagaing. Ia menyampaikan duka cita yang mendalam bagi ribuan orang yang meninggal, anak-anak yatim piatu, dan para lansia yang masih hidup.

Efek gempa Myanmar sampai terasa di Bangkok, Thailand, bahkan gedung gedung 30 lantaiambruk.(Andre Malerba/Bloomberg)

Meski begitu, ia juga mengingatkan adanya harapan yang muncul dari negeri yang dilanda konflik tersebut: "Pengumuman gencatan senjata merupakan tanda harapan bagi seluruh penduduk Myanmar."

Pembebasan Tahanan

Pikiran terakhirnya adalah, pada tahun Yubelium ini, Paskah juga bisa menjadi kesempatan yang tepat untuk pembebasan tahanan perang dan tahanan politik.

"Betapa besarnya keinginan untuk mati, untuk membunuh, yang kita saksikan setiap hari," kecam Paus, sebelum berdoa: "Semoga prinsip kemanusiaan tidak pernah gagal untuk menjadi ciri khas tindakan kita sehari-hari."

Di akhir, Paus menekankan bahwa pada Paskah ini, Kristus yang Bangkit "memenuhi kita dengan kepastian bahwa kita juga dipanggil untuk mengambil bagian dalam kehidupan yang tidak mengenal akhir, saat bentrokan senjata dan gemuruh kematian tidak akan terdengar lagi."

(ros/hps)

No more pages