Selanjutnya, proposal tersebut menyatakan bahwa pada hari ketiga kesepakatan tersebut akan dimulai negosiasi tentang gencatan senjata permanen dan pertukaran tahanan, serta demiliterisasi Gaza dan rencana pasca-perang.
Usulan Israel tersebut juga mengharuskan Hamas untuk membeberkan informasi lengkap tentang semua sandera yang masih hidup pada hari ke-10 dan menyerahkan jenazah 16 warga Israel pada hari ke-20 dengan imbalan 160 jenazah warga Palestina.
Poin akhir proposal tersebut menyatakan bahwa negosiasi harus diselesaikan dalam waktu 45 hari, setelahnya seluruh sandera Israel yang tersisa akan dibebaskan.
Hamas sebelumnya telah menegaskan "posisinya bahwa setiap kesepakatan di masa mendatang harus mencapai gencatan senjata permanen, penarikan seluruh pasukan Israel dari Jalur Gaza, perjanjian pertukaran tahanan yang kuat, dan dimulainya proses serius untuk membangun kembali Gaza.
Pembicaraan gencatan senjata terbaru muncul saat Israel masih terus menggempur Gaza, di mana sedikitnya 15 warga Palestina terbunuh akibat serangan di Gaza sejak fajar pada Senin (14/4/2025).
"Sejumlah korban masih berada di bawah reruntuhan dan di jalan, tidak bisa dijangkau oleh ambulans dan kru Pertahanan Sipil," kata Kementerian Kesehatan Palestina, Selasa (15/4/2025).
Menurut kementerian, ada kekhawatiran yang makin meningkat bahwa "kekurangan obat-obatan yang terus berlanjut menghalangi tim medis untuk melakukan intervensi darurat bagi korban yang terluka."
"Ratusan pasien dan korban luka tidak mendapatkan obat-obatan penting, dan penderitaan mereka semakin parah karena perbatasan ditutup [oleh Israel]," bunyi pernyataan di tengah blokade Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza.
Kantor media pemerintah Gaza menyebut agresi Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 61.700 warga Palestina sejak Oktober 2023. Jumlah korban sebenarnya diperkirakan jauh lebih tinggi, serta sebagian besar daerah kantong tersebut telah hancur menjadi puing-puing.
(ros)






























