• Penyaluran kredit: Rp14,3 triliun pada kuartal I 2024, tumbuh 32% YoY.
• Rasio kredit bermasalah (NPL) gross: 0,6%, di bawah rata-rata industri sebesar 2,3%.
Tantangan dan Risiko
Beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi penurunan harga saham ARTO:
• Valuasi tinggi: PER sebesar 197,22x dan PBV sebesar 3,95x menunjukkan valuasi yang tinggi dibandingkan dengan kinerja keuangan.
• Profitabilitas rendah: ROE sebesar 0,5% dan ROA sebesar 0,16% menunjukkan efisiensi penggunaan modal dan aset yang rendah.
• Tekanan teknikal: Indikator teknikal menunjukkan tren penurunan, dengan harga berada di bawah Moving Average dan RSI di level oversold.
Konsensus Pasar
Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg menunjukkan dari 19 analis, sebanyak 15 di antaranya (78,95%) menyematkan rekomendasi beli (buy) terhadap saham ARTO. Sementara 4 analis (21,05%) memberikan rekomendasi tahan alias hold.
Adapun target harga ARTO dalam 12 bulan ke depan ada di Rp2.700,64. Artinya, ada potensi kenaikan 85% dari posisi harga saat ini.
Konsensus pasar memperkirakan laba bersih ARTO pada 2025 akan sebesar Rp 329,3 miliar. Jika terwujud, maka ada potensi lonjakan 156,66% dibandingkan 2024.
Sementara pendapatan bersih ARTO pada 2025 diperkirakan mencapai Rp 2,71 triliun. Jika terwujud, maka ada potensi lesatan 47,59% ketimbang 2024.
Namun, penurunan harga saham ARTO mencerminkan koreksi pasar terhadap valuasi yang tinggi dan ekspektasi yang belum terpenuhi. Meskipun kinerja keuangan menunjukkan pertumbuhan, investor perlu mempertimbangkan risiko dan tantangan yang dihadapi perusahaan. Kehati-hatian dan analisis mendalam diperlukan sebelum mengambil keputusan investasi pada saham ARTO.
(riset)



























