Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Keputusan presiden ini keluar sekitar 13 jam setelah bea masuk tinggi terhadap 56 negara dan Uni Eropa mulai berlaku, yang memicu gejolak pasar dan ketakutan akan resesi.
Trump mengatakan ia ‘mengesahkan jeda 90 hari’ pada tarif resiprokal bagi negara-negara yang tidak membalas AS.
Penundaan ini tidak termasuk tarif pada China, yang dinaikkan Gedung Putih menjadi 125% setelah negara Asia tersebut membalas pada hari sebelumnya dengan pungutan 84% terhadap impor AS.
Pengumuman Presiden tersebut memicu euforia amat signifikan membuat pembelian dari semua jenis investor, mulai dari investor ritel, hedge fund, hingga strategi perdagangan algoritma.
“Saya telah mengesahkan penangguhan selama 90 hari dan penurunan tarif resiprokal secara substansial selama periode ini, sebesar 10%, yang juga akan segera berlaku,” kata Trump.
Dia juga mengatakan ‘akan meninjau’ pengecualian tarif untuk beberapa perusahaan AS dan akan memutuskan ‘berdasarkan naluri.’ mengutip Bloomberg.
Analis Phintraco Sekuritas menyebut, Presiden AS, Donald Trump mengumumkan penundaan pada sebagian reciprocal tariffs untuk 90 hari kedepan. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent menjabarkan kepada seluruh negara, kecuali China kembali ke tarif dasar sebesar 10%.
Sementara reciprocal tariffs untuk produk impor asal China justru dinaikan menjadi 125% menyusul sejumlah aksi balasan oleh Beijing.
“Penundaan ini memberi waktu lebih lama bagi negara-negara untuk melakukan negosiasi dengan AS. Kebijakan ini diharapkan dapat meredam potensi tariff wars meluas ke negara di luar China. Kebijakan ini juga dinilai menjadi upaya AS untuk mendorong (atau memaksa) China bernegosiasi dengan AS.,” jelas Phintraco.
Kondisi ini akan meredam potensi praktik dumping, terutama di kawasan ASEAN, termasuk ke Indonesia. Pasalnya, reciprocal tariffs berpotensi memicu oversupply pada sejumlah produk di negara-negara ASEAN.
Kondisi ini berpotensi memaksa penerapan tarif impor atau bea masuk atau kebijakan hambatan impor non–tarif baru diantara negara-negara ASEAN.
Sebelum negosiasi dimulai, Pemerintah Indonesia melakukan beberapa upaya. Pertama, mengubah kebijakan TKDN. Kedua. membuka kuota impor untuk sejumlah produk hajat hidup orang banyak. Ketiga, meningkatkan persentase impor LPG dari AS.
Mencermati sentimen positif itu, Phintraco optimis, IHSG berpeluang rebound mencoba menutup sebagian gap ke kisaran 6.160–6.270 di Kamis hari ini. Jika euforia cukup besar, penguatan IHSG dapat berlanjut sampai dengan kisaran 6.450–6.500.
Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi BBRI, BMRI, BBNI, TINS, ITMG, ICBP, JSMR, dan EMTK.
Mengutip riset CGS International Sekuritas Indonesia, IHSG diprediksi mampu untuk rebound dengan kisaran support 5.843–5.719 dan resist 6.091–6.215.
“Menguatnya mayoritas indeks di Wall Street seiring pengumuman Presiden AS, Donald Trump untuk menunda penerapan tarif dagang ke beberapa negara selama 90 hari, dan menguatnya beberapa harga komoditas utama (minyak mentah, emas, natural gas), serta potensi rupiah yang dapat kembali menguat terhadap dolar AS menjadi peluang katalis positif untuk perdagangan hari ini,” analisisnya.
Sementara itu, BRI Danareksa Sekuritas memaparkan bahwa secara tren jangka panjang, IHSG masih bearish. Perdagangan kemarin, IHSG melemah 0,47% menuju level 5.967.
“Waspadai jika tidak mampu bertahan diatas level psikologis 6.000 maka ada potensi menjemput area supportnya yang berada pada level 5.806–5.705,” mengutip paparan BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya pada Kamis (10/4/2025).
Bersamaan dengan risetnya, BRI Danareksa memberikan rekomendasi saham hari ini, JSMR, dan JPFA.
(fad/wep)


























