Logo Bloomberg Technoz

Sebagian analis asing memprediksi, rupiah masih berpotensi melemah hingga di kisaran Rp17.100/US$ dalam beberapa bulan ke depan bila sentimen di pasar terus menerus terhantam oleh isu tarif yang panas.

"Bila sentimen terus terpukul oleh [isu] tarif, rupiah bisa jatuh di kisaran Rp17.100/US$ dalam beberapa bulan ke depan menjadikannya sebagai level terlemah terhadap dolar AS," kata FX Strategist MUFG Lloyd Chan, dilansir dari Bloomberg News.

Analis memandang, aksi intervensi Bank Indonesia sejak pembukaan pasar membantu rupiah di bawah Rp17.000/US$ saat ini. Dalam jangka pendek, pairing USD/IDR memiliki support di sekitar Rp16.700.

Terpuruk Saat Dolar AS Lemah

Volatilitas pasar yang menerpa pasar domestik, menyusul kemelut yang sudah lebih dulu melanda pasar global selama bursa RI libur Lebaran, diperkirakan masih akan berlanjut ke depan. 

"Selama belum ada kejelasan tentang kesepakatan ekonomi antara [Presiden AS] Donald Trump dan banyak negara, termasuk Indonesia terkait perdagangan, maka pasar akan kesulitan untuk membaca prospek ekonomi sehingga penurunan bisa berlanjut," kata Fakhrul.

Sebagai catatan, pelemahan rupiah sepanjang tahun ini sudah mencapai 4,46% year-to-date, menjadikannya sebagai valuta dengan kinerja terburuk di Asia.

Pelemahan rupiah sebesar itu terjadi di kala indeks dolar AS pada saat yang sama justru tengah melemah hingga -5,15%.

Perbandingan gerak rupiah spot dan NDF offshore dengan indeks dolar AS sepanjang tahun (Riset Bloomberg Technoz)

Perbandingan itu seolah menyiratkan bahwa rupiah memiliki potensi melemah lebih dalam apabila nanti indeks dolar AS kembali bangkit menguat.

Ketika DXY melemah saja, rupiah tetap melemah, lebih-lebih bila indeks dolar AS menguat maka mata uang Ibu Pertiwi bisa-bisa makin terbenam.

Sekadar mengingatkan, sebelum pecah turbulensi pasar global yang dramatis sepekan terakhir, rupiah sudah melempem duluan tertekan sentimen domestik terutama seputar ketidakpastian kebijakan pemerintah serta prospek fiskal ke depan, ditambah penurunan peringkat saham RI oleh beberapa pengelola dana global besar.

Sentimen tarif Trump menjadi pukulan tambahan yang membuat rupiah makin terseok.

Bank Jual Dolar AS Rp17.000

Pada pembukaan pasar dan aktivitas keuangan domestik hari ini, perbankan di Tanah Air juga telah membanderol harga dolar AS melampaui Rp17.000 terutama di bank-bank asing.

Pantauan Bloomberg Technoz, bank asing asal Singapura UOB Indonesia menjual dolar AS seharga Rp17.111, hari ini. Sedangkan bila nasabah ingin menjual dolar AS-nya ke bank, UOB menghargainya Rp16.587/US$.

Di OCBC, harga dolar AS dibanderol Rp16.960. Sedangkan bila hendak menjual simpanan valasnya, bank menghargainya di kurs Rp16.675/US$.

Adapun bank-bank BUMN seperti Bank Mandiri dan BRI, masing-masing menjual dolar AS seharga Rp16.925 dan Rp16.859 untuk transaksi TT Counter.

Di bank swasta terbesar, Bank BCA, dolar AS dijual seharga Rp17.007 untuk Bank Notes dan TT Counter. Sementara kurs e-rate valas ditetapkan seharga Rp16.885.

Intervensi BI

Bank Indonesia mengatakan telah melakukan intervensi secara agresif baik di pasar domestik maupun mancanegara (offshore) demi menolong rupiah dari tekanan pelemahan yang besar, hari ini.

Direktur Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia Fitra Jusdiman mengatakan, BI telah melanjutkan intervensi secara agresif baik di pasar valuta spot domestik, pasar forward (NonDeliverable Forward/NDF) domestik, juga di pasar Surat Utang Negara (SUN), bersamaan dengan intervensi yang juga dilakukan di pasar NDF offshore

Bank Indonesia akan memastikan likuiditas di pasar valas domestik dan sektor perbankan memadai, kata Fitra.

Dalam penjelasannya, otoritas moneter melihat pergerakan rupiah di pasar NDF offshore terbilang eksesif alias berlebihan. "Hal itu tentu juga disumbang oleh kondisi pasar yang lesu karena pasar domestik sedang libur panjang," jelas Fitra.

(rui)

No more pages