Kondisi ekonomi yang dinilai lebih buruk saat ini dirasakan oleh hampir semua konsumen kecuali kelompok pengeluaran menengah yaitu antara Rp3,1 juta hingga Rp4 juta per bulan per kepala.
Penghasilan yang memburuk menjadi penyebab utama, selain kesulitan mengakses pekerjaan. Penurunan Indeks Penghasilan Saat Ini terdalam dicatat oleh kelas konsumen terbawah, serta menengah atas dengan pengeluaran antara Rp4,1 juta-Rp5 juta per bulan per kepala.
Sementara ketersediaan lapangan kerja saat ini dinilai paling buruk kondisinya oleh konsumen dengan pengeluaran menengah atas dan konsumen kelas atas.
Situasi ekonomi yang masih suram itu agaknya menurunkan optimisme akan perbaikan ke depan. Mayoritas konsumen di Indonesia menilai, kondisi ekonomi enam bulan ke depan akan lebih buruk dari saat ini akibat penghasilan yang melemah di tengah ketersediaan lapangan kerja yang sempit.
Menguras tabungan
Yang juga menarik, kendati pada Februari terdapat kenaikan Indeks Pembelian Barang Tahan Lama, sepertinya agak sulit untuk melihatnya sebagai perbaikan daya beli.
Kenaikan indeks tersebut, yang berlangsung di tengah kenaikan proporsi pendapatan yang digunakan untuk konsumsi, sepertinya berkaitan dengan antisipasi masyarakat jelang kedatangan Ramadan yang jatuh pada awal Maret.
Nah, yang perlu jadi perhatian, konsumsi yang sedikit terangkat jelang musim perayaan itu kemungkinan banyak disokong oleh tabungan.
Dalam bahasa lebih sederhana, ada indikasi masyarakat mulai getol berbelanja mengantisipasi kebutuhan Ramadan dan Idulfitri, sebagian memakai 'jatah' pendapatan yang seharusnya ditabungkan.
Rasio tabungan masyarakat Indonesia pada Februari jatuh di bawah 15%, tepatnya hanya sebesar 14,7%. Terakhir kali rasio tabungan serendah itu adalah pada April 2021 ketika pandemi mematikan perekonomian, tepatnya di kisaran 14,8%.
Pada saat yang sama proporsi pendapatan yang dibelanjakan naik jadi naik 1,1 poin persentase menjadi 74,7%. Sedangkan pendapatan yang digunakan untuk membayar cicilan utang, turun sedikit menjadi 10,6% pada bulan lalu.
| Kategori | Indeks per Februari 2025 | Perubahan |
| Indeks Keyakinan Konsumen | 126.4 | -0.8 |
| Indeks Ekonomi Saat Ini | 114.2 | +0.7 |
| - Indeks Penghasilan Saat Ini | 122.7 | +0.1 |
| - Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja | 106.2 | -1.5 |
| - Indeks Pembelian Barang Tahan Lama | 113.7 | +3.4 |
| Indeks Ekspektasi Konsumen | 138.7 | -2.1 |
| - Indeks Ekspektasi Penghasilan | 143.4 | -1.5 |
| - Indeks Ekspektasi Lapangan Kerja | 134.2 | -2.8 |
| - Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha | 138.6 | -2.1 |
Berikut ini penjelasan terperinci hasil survei Keyakinan Konsumen edisi Februari:
Kondisi ekonomi saat ini
Indeks Ekonomi saat ini yang mengukur persepsi masyarakat terhadap kondisi perekonomian bila dibandingkan enam bulan lalu, hanya sedikit naik 0,7 poin.
Namun, kenaikan itu hanya karena 'sumbangan' kenaikan persepsi oleh kelas konsumen dengan pengeluaran Rp3,1 juta hingga Rp4 juta. Di luar kelompok itu, semua kelas konsumen menilai kondisi ekonomi sekarang lebih buruk dibanding enam bulan silam.
Kondisi ekonomi yang lebih buruk dirasakan oleh mayoritas kelas konsumen, diikuti pula oleh penurunan optimisme terhadap perbaikan ekonomi ke depan.
Indeks Ekspektasi Ekonomi, yang mengukur persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi enam bulan ke depan, turun cukup dalam sebesar 2,1 poin, menjadi yang terendah sejak November.
Hampir semua kelas konsumen tidak terlalu optimistis dengan kondisi ekonomi ke depan. Penurunan terutama dicatat oleh konsumen dengan pengeluaran antara Rp2,1 juta-Rp3 juta per bulan per kepala, sebesar 5,6 poin.
Disusul oleh konsumen menengah atas berpengeluaran Rp4,1 juta-Rp5 juta, turun 5 poin. Adapun konsumen atas dengan pengeluaran di atas Rp5 juta, juga turun indeksnya hingga 3,6 poin.
Penurunan ekspektasi konsumen akan kondisi ekonomi ke depan menjadi pemicu utama anjloknya tingkat keyakinan konsumen pada Februari ke level terendah dalam tiga bulan.
Kondisi Penghasilan
Survei konsumen terbaru juga menunjukkan, kondisi penghasilan sebagian masyarakat saat ini lebih buruk dibanding sebelumnya, terutama dialami oleh kelas pengeluaran Rp1 juta-Rp2 juta per bulan per kepala.
Hal itu terlihat dari Indeks Penghasilan kelompok tersebut yang turun sampai 4,4 poin, ke level terendah sejak Juli 2024.
Penurunan juga dialami oleh konsumen berpengeluaran Rp4,1 juta-Rp5 juta per bulan per kepala, sebesar 2,5 poin. Sementara tiga kelas konsumen lain masih mencatat kenaikan.
Lantas, bagaimana penghasilan ke depan? Hasil survei menunjukkan, masyarakat RI tidak terlalu optimistis akan ada perbaikan penghasilan di masa mendatang.
Semua kelas pengeluaran mencatat penurunan Indeks Ekspektasi Penghasilan, kecuali konsumen berpengeluaran terbawah yang masih naik 6,7 poin.
Sementara konsumen menengah bawah, menengah menengah, menengah atas dan kelas atas, semua menilai penghasilan mereka akan lebih buruk dalam enam bulan ke depan.
Ketersediaan Lapangan Kerja
Hampir semua kelas konsumen menilai ketersediaan lapangan kerja saat ini lebih sempit dibandingkan enam bulan lalu. Hal itu terindikasi dari penurunan Indeks Lapangan Kerja Saat Ini yang turun merata terutama dialami oleh konsumen berpengeluaran di atas Rp4,1 juta.
Sempitnya lapangan kerja yang dirasakan saat ini, dinilai akan berlanjut ke depan. Yang perlu dicatat, penurunan ketersediaan lapangan kerja itu dipersepsikan oleh semua kelas konsumen. Terutama oleh masyarakat berpengeluaran Rp2,1 juta sampai Rp3 juta, turun hingga 8,6 poin ke level terendah tiga bulan.
Minat Belanja Barang Tahan Lama
Masyarakat terindikasi meningkatkan belanja barang tahan lama, yang tecermin dari kenaikan Indeks Pembelian Barang Tahan Lama sebesar 3,4 poin ke level tertinggi sejak April 2024.
Data itu bisa dibaca sebagai peningkatan daya beli masyarakat, kemungkinan karena mengantisipasi kedatangan musim perayaan yakni Ramadan mulai awal Maret dan Idulfitri pada akhir bulan ini.
Kenaikan indeks terjadi di hampir semua kelas konsumen, kecuali kelompok berpengeluaran Rp2,1 juta hingga Rp3 juta yang turun sampai 4,7 poin pada Februari, terendah sejak Oktober lalu.
Perlu dicatat, ketika indeks pembelian barang tahan lama meningkat, kondisi keuangan masyarakat juga memperlihatkan tren menarik.
Rasio konsumsi memang meningkat sekitar 1,1 poin menjadi 74,7%. Hanya saja, pada saat yang sama, rasio tabungan konsumen anjlok ke level terendah sejak April 2021 yaitu hanya sebesar 14,7%.
Data itu bisa memberi sinyal, masyarakat kemungkinan banyak memakai tabungan untuk menutup pengeluaran Ramadan dan Lebaran.
Kegiatan Usaha
Responden yang disurvei juga cenderung berkurang optimisme-nya akan kegiatan usaha ke depan.
Hal itu tecermin dari penurunan Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha sebesar 2,1 poin ke level terendah tiga bulan. Penurunan indeks ini menunjukkan, kegiatan usaha diperkirakan akan lebih buruk enam bulan ke depan dibandingkan kondisi saat ini.
Penurunan terjadi di semua kelas konsumen, terutama konsumen dengan pengeluaran Rp4,1 juta hingga Rp5 juta, hingga 7,3 poin ke level terendah sejak Oktober tahun lalu.
(rui)






























