Logo Bloomberg Technoz

LRT Jabodebek, Kereta Ringan Tanpa Masinis

Shinta Dwi Ayu
15 May 2023 19:40

Suasana uji coba LRT Jabodebek di Jakarta, Kamis (9/3/20223). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Suasana uji coba LRT Jabodebek di Jakarta, Kamis (9/3/20223). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI memulai masa uji coba atau trial run operasional Lintas Rel Terpadu atau light rail transit Jakarta Bogor Depok Bekasi (LRT Jabodebek), hari ini. Rencananya, masyarakat akan mulai bisa mencoba moda transportasi ini melalui jalur undangan, 12 Juli mendatang. Sedangkan operasional secara komersial baru akan dimulai pada 16 Agustus 2023.

Apakah kereta LRT Jabodebek itu?

Kereta Light Rail Transit Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (LRT Jabodebek) merupakan salah satu dari 16 proyek perkeretaapian pada Proyek Strategi Nasional (PSN) Pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Melansir website resmi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, nilai investasi pada proyek ini diperkirakan mencapai Rp32,5 triliun.

Sarana LRT Jabodetabek ini dikerjakan PT INKA (Persero) dan bekerja sama dengan industri dalam negeri lainnya, seperti PT LEN Industri (Persero). Proyek ini juga melibatkan kerja sama dengan perusahaan top multinasional di bidang teknologi dunia untuk mendukung sistem persinyalan dan memastikan bekerjanya, Operation Control Center (OCC) LRT Jabodetabek.

Pusat operasi dan kontrol ini menggunakan perangkat teknologi tinggi untuk mendukung sistem operasi dan persinyalan LRT Jabodetabek secara maksimal. OCC ini dimaksud sebagai monitoring sistem persinyalan, power system, dan pusat telekomunikasi berbasis CCTV.

Selain itu, ada beberapa teknologi unggulan yang digunakan di LRT misalnya, U-shaped Girder yaitu teknologi girder berbentuk U yang diadaptasi dari Systra Prancis. Desainnya yang ramping sangat sesuai dengan minimnya ketersediaan ruang di Kota Jakarta.

Rangkaian kereta LRT Jabodebek di Depo LRT Jabodebek, Bekasi. (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Satu rangkaian kereta LRT Jabodebek terdiri dari enam gerbong. Berbeda dengan LRT Palembang, kereta ringan Jabodebek ini memiliki lebar rail 1.435 milimeter. Sementara LRT Palembang lebar railnya hanya sekitar 1.067 mm.

Selain itu, persinyalan LRT di Jabodebek menggunakan moving block signal dan software dari Siemens AG Jerman. Teknologi ini yang membuat LRT di Jabodebek bisa dioperasikan tanpa masinis. Dengan sistem tersebut, perjalanan kereta ringan tersebut akan berjalan secara otomatis; mulai dari pergerakan, kecepatan, hingga waktu berhenti.

Sementara untuk sistem buka tutup pintu, petugas di ruang kontrol setiap stasiun yang akan mengatur alur tersebut. Kecepatan maksimal dari LRT Jabodebek ini juga cukup tinggi yakni mencapai 100 km/jam.

Kapasitas muatan dari LRT ini maksimal 1308 orang penumpang. Namun, normalnya LRT akan membawa 740 orang penumpang dalam sekali perjalanan. Akan ada 174 bangku, dan 566 penumpang yang bisa berdiri. Kabarnya, LRT Jabodebek akan mulai beroperasi secara terbatas pada Juli 2023.

Suasana uji coba LRT Jabodebek di Jakarta, Kamis (9/3/20223). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Perbedaan LRT dan Monorail

Mungkin Sebagian besar masyarakat Indonesia masih bertanya-tanya terkait dengan perbedaan LRT dan monorail. Monorail sendiri merupakan transportasi yang memiliki rel tunggal. Sementara LRT memiliki rel ganda.

Bentuk gerbong dari Monorail juga cenderung lebih panjang dan bisa mengangkut penumpang lebih banyak dibandingkan dengan gerbong LRT.

Untuk kecepatan dari LRT juga akan lebih lambat dibandingkan dengan monorail karena biasanya, LRT dibangun dalam jarak yang pendek misalnya, hanya beberapa kilometer saja dan hanya di pusat kota.

Berbeda dengan monorail yang biasanya, dibangun untuk menghubungkan satu kota dengan kota lainnya sehingga jarak tempuhnya, akan lebih panjang.

Sedangkan untuk kesamaan keduanya, adalah sama-sama menggunakan listrik sebagai sumber energi. Minusnya, ketika listrik bermasalah maka kedua transportasi public ini akan kesulitan melakukan pelayanan.