Logo Bloomberg Technoz

Berdasarkan laporan Global Monthly Handset Model Sales Tracker dari Counterpoint Research, iPhone 15 berhasil menjadi ponsel pintar terlaris di dunia tahun 2024.

Analis Senior Counterpoint Research, Karn Chauhan, mengungkapkan bahwa base model iPhone 15 mendominasi daftar ponsel pintar terlaris pada 2024, dengan Amerika dan China  menyumbang hampir setengah dari total penjualan globalnya. iPhone 15 Pro Max dan iPhone 15 Pro menempati posisi kedua dan ketiga dalam daftar tersebut.

"Preferensi konsumen untuk varian Pro meningkat secara signifikan, dengan model Pro menyumbang lebih dari setengah dari semua penjualan iPhone setiap tahun untuk pertama kalinya. Rencana pembiayaan yang menarik dan penawaran tukar tambah untuk iPhone berkontribusi pada tren premiumisasi dan membuat iPhone lebih mudah diakses oleh khalayak yang lebih luas, khususnya di pasar berkembang," ujar Chauhan.

Tren ini juga membantu Apple masuk dalam daftar lima merek ponsel pintar teratas di India pada kuartal keempat 2024, sekaligus menjadikannya sebagai pencapaian pertama bagi Apple di pasar India.

Meski demikian, di Indonesia sendiri khususnya, Apple masih menghadapi tantangan. Peluncuran iPhone 16 yang seharusnya menjadi gebrakan besar di pasar global justru tersandung aturan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri). Akibatnya, Apple tidak bisa menjual iPhone 16 secara resmi di Indonesia.

Sebelumnya Bloomberg melaporkan bahwa komitmen investasi terbaru Apple senilai US$1 miliar berupa pembangunan fasilitas produksi AirTag di Batam. Namun, tawaran ini ditolak oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. 

Kemenperin melalui Juru Bicaranya Febri Hendri Antoni Arief mengungkapkan bahwa perkiraan nilai investasi Apple untuk membangun pabrik AirTags di Batam hanya sebesar US$200 juta, atau sekitar Rp3,25 triliun. 

Perkiraan tersebut berdasarkan hasil asesmen teknokratis internal yang dilakukan Kemenperin. Dengan demikian, hasil itu menunjukkan total nilai investasi Apple tersebut masih jauh dari US$1 miliar (Rp16 triliun).

"Berdasarkan assessment teknokratis kami, nilai riil investasi pabrik AirTag Apple di Batam hanya US$200 juta," kata Febri dalam siaran resminya akhir bulan Januari lalu.

Komponen proyeksi nilai ekspor dan biaya pembelian bahan baku tidak dapat dimasukkan sebagai capital expenditure (capex) investasi, kata Febri merinci. Nilai investasi, kata dia, hanya dapat diukur dari capex yang terdiri dari pembelian lahan, bangunan, dan mesin/teknologi, yang mampu mendukung jalannya operasional pabrik ke depan.

Dengan masuknya proyeksi nilai ekspor dan pembelian bahan baku dalam investasi oleh pihak Apple, seakan-akan melambungkan nilai investasi lebih tinggi hingga US$1 miliar.

“Jika nilai investasi Apple sebesar US$1 miliar itu benar-benar untuk capex, seperti pembelian tanah, bangunan, dan mesin/teknologi, tentu lebih baik lagi," tutur Febri.

"Bayangkan, jumlah tenaga kerja yang bisa terserap dengan angka investasi US$1 miliar, tentu akan sangat besar sekali."


(wep)

No more pages