Logo Bloomberg Technoz

Alarm Menyala, Kondisi Ketenagakerjaan di RI dalam Bahaya

Ruisa Khoiriyah
06 May 2024 16:05

Pekerja menyalakan tungku di salah satu pabrik dodol Betawi, kawasan Pejaten Timur, Pasar, Rabu (5/4/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Pekerja menyalakan tungku di salah satu pabrik dodol Betawi, kawasan Pejaten Timur, Pasar, Rabu (5/4/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Kondisi ketenagakerjaan di Indonesia menyalakan alarm peringatan yang perlu diwaspadai dengan semakin besar jumlah setengah penganggur juga sektor informal yang masih dominan di tengah laju penambahan lapangan kerja yang terlihat gagap mengimbangi pertumbuhan angkatan kerja.

Tingkat pengangguran di Indonesia pada Februari 2024, data terakhir yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS), hari ini, Senin (6/5/2024), memang mencatat penurunan menjadi 4,82% setelah sempat menyentuh 7,07% pada Agustus 2020 ketika terjangan pandemi Covid-19 merontokkan perekonomian.

Persentase tingkat pengangguran itu setara dengan 7,2 juta orang Indonesia yang termasuk kategori angkatan kerja tapi saat ini tidak memiliki pekerjaan, masih aktif mencari kerja dan bersedia bekerja. Pada Februari tahun lalu, jumlah pengangguran masih sebanyak 7,99 juta orang. 

Akan tetapi, bila melihat peningkatan jumlah setengah pengangguran serta penduduk bekerja yang semakin banyak di sektor informal, kondisi lapangan kerja di RI terlihat belum cukup memadai mengimbangi kenaikan jumlah ketersediaan tenaga kerja (labour supply)

Jumlah angkatan kerja di Indonesia, yaitu penduduk usia bekerja yang aktif di pasar tenaga kerja baik yang berstatus bekerja (bekerja penuh, pekerja paruh waktu, setengah penganggur) dan pengangguran, pada Februari 2024 mencapai 149,38 juta orang. Naik 1,88% year-on-year atau bertambah 2,76 juta orang. Laju pertumbuhannya lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya 1,81% year-on-year dengan penambahan 2,61 juta orang.