Logo Bloomberg Technoz

Pihak Kementerian Kesehatan Masyarakat mengatakan kepada wartawan pada Senin (20/03/2023), tidak ada kelainan kesehatan yang terjadi di rumah sakit Thailand sejak silinder itu menghilang. Namun ia menambahkan, pekerja di pabrik logam sampai saat ini masih harus menjalani tes urin dan dipantau tanda-tanda paparan radiasi.

Sementara itu, kurangnya transparansi tampaknya menyulut kemarahan publik Thailand. Banyak yang menyuarakan kebingungan dan frustrasi di media sosial atas tanggapan pemerintah yang dianggap lambat, di tengah persiapan Thailand menuju musim pemilu.

Tagar “#cesium-137” menjadi topik teratas di Twitter di Thailand pada Senin sore. "Tenang? Tenang atas apa?” tulis aktivis mahasiswa Tanawat Wongchai. Menurutnya, publik ingin masalah ini ditangani secara serius dan mendesak, bukan menjadi ajang memuji diri sendiri oleh para pejabat.

Sebagai informasi, silinder yang digunakan untuk mengukur abu pertama kali dilaporkan menghilang pada 10 Maret setelah pekerja di pembangkit listrik di provinsi tersebut melakukan pemeriksaan rutin. Hal itu kemudian diikuti dengan pencarian besar-besaran di daerah tersebut. Sejumlah drone dan ratusan staf dikerahkan, dan hadiah sebesar 100.000 baht (US$3,000) juga ditawarkan kepada siapa pun yang memiliki informasi tentang lokasinya.

Polisi Thailand mengatakan bahwa operator pembangkit listrik, National Power Plant 5A Co., dapat dituntut atas keterlambatan pelaporan bahan radioaktif yang hilang. Mereka meyakini silinder itu hilang sejak 17 Februari. Pabrik itu dapat dikenakan denda 100.000 baht dan dipenjara maksimal satu tahun.

Kantor Atom untuk Perdamaian Thailand (Office of Atoms for Peace), sebuah badan nasional untuk penelitian nuklir, sebelumnya memperingatkan risiko kesehatan, termasuk luka bakar dan kanker, jika seseorang terpapar oleh bahan radioaktif. Umur paruh cesium-137 adalah sekitar 30 tahun.

--Dengan asistensi dari Patpicha Tanakasempipat.

(bbn)

No more pages