Logo Bloomberg Technoz

Pemodal asing juga terbebani oleh ketidakpastian terkait gugatan dua kandidat calon presiden lain yaitu Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo ke Mahkamah Konsitusi. Gugatan atas hasil pilpres itu bisa berujung pada pemilihan ulang yang dapat memperpanjang periode ketidakpastian baru. 

Pada hari ketika Prabowo diumumkan sebagai pemenang pilpres oleh Komisi Pemilihan Umum, 20 Maret, pemodal asing di pasar SBN justru banyak menjual surat utang. Data Bloomberg mencatat, net foreign investment di SBN mencapai Rp334,48 miliar SBN pada hari itu.

Keesokan harinya yakni ketika sentimen pasar sebetulnya tengah mencatat euforia pasca FOMC The Fed, investor asing masih melanjutkan penjualan dengan nilai lebih besar, mencapai Rp1,29 triliun. Alhasil, kepemilikan asing di SBN kembali turun ke Rp817,13 triliun per 21 Maret. Pada hari itu, gugatan Anies resmi dilayangkan ke Mahkamah Konstitusi, sementara Ganjar baru menyatakan rencana pengajuan gugatan.

Sementara di pasar saham, investor asing kemarin masih mencatat net buy Rp556,03 miliar. Namun, bila mengitung rata-rata lima hari, MA-5, arus modal asing ke pasar saham turun jadi US$3,17 juta, lebih kecil dibanding pergerakan 20 hari MA-20 yang mencapai US$18 juta.

Selain sentimen dalam negeri, tekanan yang dihadapi oleh rupiah dan pasar keuangan domestik hari ini juga tidak bisa dilepaskan dari pembalikan arah di pasar regional akibat  kebangkitan dolar AS. Dolar yang semula lesu kini kembali perkasa kemungkinan karena  pelaku pasar baru mempertimbangkan sinyal lain dari FOMC The Fed tentang potensi suku bunga tinggi dalam jangka waktu lebih lama.

Indeks Bloomberg Dollar Spot naik 0,2%, sementara MSCI Asia Pasifik yang mengukur bobot saham di kawasan Asia Pasifik tergerus 0,8%.

Menurut Schroder Indonesia, dampak sengketa hasil pilpres terhadap sentimen pasar akan terbatas dan mungkin hanya bertahan dalam jangka pendek.

"Saya kira hal ini [sengketa pilpres] tidak fundamental, struktural dan tidak akan terlalu berdampak besar pada pasar karena hasilnya sudah cukup jelas. Selain itu, kesenjangan kemenangan presiden terpilih dengan kandidat lain cukup signifikan," kata Irawanti, Kepala Investasi Schroder Indonesia dalam wawancara dengan Bloomberg TV, hari ini.

Protes atau unjuk rasa seputar hasil pilpres akan terjadi. Namun, ia tidak menilai akan ada perubahan pada hasil pemilu. 

Bagi investor ke depan yang kini ditunggu adalah nama-nama yang akan mengisi kabinet di bawah Prabowo. 

Defisit fiskal

Schroder menilai, kebijakan-kebijakan yang hendak diusung Prabowo cenderung lebih berdampak positif pada saham ketimbang pasar surat utang. Penjualan surat utang diperkirakan akan terus berlanjut karena investor akan menunggu seberapa besar dampak program populis terhadap defisit fiskal.

Akan tetapi, hal itu tidak berarti investor harus menjual obligasi dan membeli saham. "Ya, memang ada risiko penurunan bila pemerintah memutuskan beralih pada defisit fiskal dan kebijakan pro-pertumbuhan. Namun, dari segi valuasi, Indonesia merupakan salah satu negara paling menarik dibanding emerging market lain karena tingkat imbal hasil riil tinggi," kata Irawanti.

Para investor dan hedge fund sebelumnya telah menyatakan kekhawatirannya pada potensi pelebaran defisit fiskal oleh pemerintahan baru mendatang karena program makan siang gratis yang diunggulkan Prabowo masih belum disertai perincian tentang bagaimana program itu akan dibiayai, kata Danny Suwarnapruti, Strategist dari Goldman Sachs dalam catatannya.

Pengelola dana global juga mencermati bagaimana program dengan biaya luar biasa itu bisa berkelanjutan.

"Menjadi penting bahwa ekspansi fiskal dilakukan dengan cara yang berkelanjutan sehingga kami harus memperhatikan janji belanja dengan hati-hati," kata Jon Harrison, Managing Director untuk strategi makro pasar negara berkembang di GlobalData TS Lombard di London.

Kondisi fiskal yang bisa terdampak bisa mempengaruhi tingkat imbal hasil aset rupiah lebih tinggi yang akan memicu kenaikan biaya utang pemerintah. 

Dalam pernyataannya, Menteri Keuangan Sri Mulyani bilang, defisit fiskal APBN 2025 kemungkinan melebar jadi 2,45%-2,80% dari Produk Domestik Bruto. Jauh meningkat dibandingkan defisit APBN 2024 sebesar 2,29%. 

(rui)

No more pages