Bloomberg Technoz, Jakarta – Pemetaan mineral logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth elements (REE) tercatat baru mencakup 10% dari potensi sumber daya yang dimiliki Indonesia.
Menurut catatan Balai Besar Survei dan Pemetaan Geologi Kelautan (BBSPGL) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pemerintah baru mensurvei dan memetakan 1.820 sampel dari 12 komoditas REE di 30 lokasi perairan.
Sampel-sampel tersebut diambil dari sedimen dasar laut yang menggunakan peralatan geologi, kata Kepala BBSPGL Hadi Wijaya melalui siaran pers kementerian yang dilansir Senin (19/12/2023).
Dari hasil survei dan pemetaan serta pengolahan data yang dilakukan BBSPGL, terdapat potensi sebesar 4,6 miliar meter kubik mineral berat pembawa logam tanah jarang, emas plaser sebanyak 268,4 juta meter kubik, pasir timah 386,4 juta meter kubik, pasir silika sebanyak 22,8 miliar meter kubik, serta 30 miliar meter kubik pasir besi.
Namun, Hadi menyebut pendataan tersebut tidak dapat merefleksikan total potensi di seluruh wilayah Indonesia, karena survei yang dilakukan baru mencakup 10% saja dan belum ditambahkan dengan survei dari pemangku kepentingan terkait.
"Ini semua sebetulnya hasil murni dari Badan Geologi dan belum ditambahkan dengan hasil penelitian para mitra ataupun stakeholders. Jadi artinya begitu besarnya potensi untuk mineral kelautan di Indonesia," ujarnya.
 
Sekadar catatan, logam tanah jarang saat ini sedang menjadi primadona dunia lantaran kegunaannya sangat krusial dalam pemanfaatan energi bersih dan menjadi unsur utama dalam produk-produk kendaraan listrik maupun elektronik.
Hadi mengatakan, apabila sampel logam tanah jarang yang diambil berada pada laut yang kedalamannya lebih dari 500 meter, BBSPGL menggunakan kapal riset canggih, yakni kapal Geomarine III, yang memiliki multipurpose vessel, dengan fungsi untuk pemetaan hidrografi, oseanografi, geologi, maupun geofisika.
"Sepanjang 2023 ini, BBPSGL melakukan survei menggunakan kapal geomarine dan perahu kecil, dan tercatat bahwa kita telah memperoleh lintasan survei sepanjang 4.790 km, atau hampir lima kali bolak-balik Jakarta—Banyuwangi. Ini yang terpanjang selama 5 tahun terakhir," imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebut Indonesia kemungkinan akan mengikuti jejak Malaysia dalam melarang ekspor logam tanah jarang untuk memfokuskan pasok demi kebutuhan industri di dalam negeri.
Arifin membenarkan pemerintah masih terus memetakan lokasi penyimpan cadangan dan potensi LTJ di dalam negeri.
“Ya pasti lah LTJ ini kita harus cek di mana keberadaannya dan berapa banyak. Pasti lah enggak boleh kita ekspor begitu saja. Apalagi kalau sudah jarang, sedikit lagi,” ujarnya ditemui di kantor Kementerian ESDM, medio September.
Menurut catatan kementerian, mineral tanah jarang yang banyak ditemukan di Indonesia adalah bijih timah dengan mineral ikutan monazite, xenotime, zircon dan ilmenite; serta bijih tembaga dengan mineral ikutan anode slime, pasir besi, bijih emas, dan bijih bauksit.
(wdh)

































