Logo Bloomberg Technoz

"Sepertinya memang demikian," tulis pemilik akun @kristennetten, yang juga direspon oleh @AskSnehasish dengan menuliskan, "Setuju."

"Untuk judul buku atau film: 'Strategi Marketing Open AI; Mempertaruhkan CEO'," tulis @MujuPaul.

Untuk diketahui Altman, yang dipecat oleh dewan OpenAI pada hari Jumat setelah ketidaksepakatan mengenai seberapa cepat mengembangkan dan memonetisasi AI, telah melakukan negosiasi dengan perusahaan untuk kembali.

Ilustrasi Elon Musk, pemilik platform sosial media X (Bloomberg Technoz)

Pembicaraan tersebut menemui jalan buntu pada hari Minggu, sebagian karena tekanan dari Altman dan yang lainnya agar anggota dewan yang ada mengundurkan diri, menurut orang-orang yang mengetahui masalah ini.

Sebagai gantinya, dewan menunjuk pemimpin baru - mantan CEO Twitch Emmett Shear — dan CEO Microsoft Satya Nadella mengatakan bahwa dia akan menarik Altman untuk mengepalai tim riset AI internal yang baru.

Dalam beberapa jam usai pemecatan, sebagian besar dari 770 karyawan OpenAI menandatangani surat bahwa mereka mungkin akan keluar dan bergabung dengan Microsoft kecuali jika semua direksi mengundurkan diri dan Altman dipekerjakan kembali. Surat ditujukan kepada dewan direksi.

Di antara sekian banyak orang yang menandatangani surat tersebut adalah Murati, yang telah ditunjuk sebagai CEO sementara pada hari Jumat, dan Ilya Sutskever, co-founder dan anggota dewan OpenAI yang sebelumnya tidak setuju dengan Altman mengenai arah perusahaan.

Pembalikan arah yang cepat ini dapat menenangkan para investor dan mengurangi ancaman karyawan yang ‘lari’. Namun, hal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang jalan ke depan bagi kreator ChatGPT dan perusahaan rintisan AI lainnya, yang telah mencoba menyeimbangkan antara mengembangkan AI secara bertanggung jawab dengan kebutuhan untuk mengumpulkan modal dalam jumlah besar dari para investor untuk mendukung infrastruktur komputasi berbiaya mahal ini.

Didirikan pada tahun 2015, OpenAI awalnya adalah organisasi nirlaba yang bertujuan untuk memajukan AI dengan cara yang bermanfaat bagi umat manusia. Hadirnya OpenAI tidak didikte oleh keuntungan finansial.

Kelompok ini kemudian mereorganisasi dirinya sebagai entitas nirlaba yang dibatasi, mengumpulkan miliaran dari Microsoft dan investor lain — dengan Altman berperan penting dalam kesepakatan tersebut — tetapi terus diawasi oleh dewan nirlaba. 

Ketegangan itu meledak menjadi nyata dalam beberapa hari terakhir.

CEO Microsoft Satya Nadella bersama Founder OpenAI Sam Altman. (Dok: Bloomberg)

Para investor startup tersebut merasa terkejut dengan kabar pemecatan Altman. Microsoft, yang mendukung perusahaan dengan saham lebih dari US$10 miliar, hanya mendapat pemberitahuan beberapa menit sebelumnya tentang pemecatan Altman.

Raksasa software ini mulai bekerja sama dengan para investor termasuk Thrive Capital dan Tiger Global Management untuk menariknya kembali, menurut orang-orang yang mengetahui masalah ini. Ketika upaya tersebut gagal, Microsoft setuju untuk mempekerjakan Altman dan yang lainnya dari OpenAI.

Sam Altman, pendiri OpenAI. (Dok: Bloomberg)

Lebih dari tokoh lainnya, Altman, 38 tahun, muncul sebagai wajah dari era baru teknologi AI,  efek kesuksesan ChatGPT yang viral. Altman menjadi pusat dari upaya industri tahun ini untuk bekerja sama dengan para regulator dan ia bertemu secara rutin dengan para pemimpin dunia, termasuk Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak.

Pada hari Kamis, ia tampil dalam sebuah panel di konferensi APEC, yang dihadiri oleh para eksekutif dan pemimpin dunia lainnya, untuk mendiskusikan masa depan dan risiko AI.

Namun, di balik layar, Altman berselisih dengan anggota dewannya, terutama Sutskever, tentang seberapa cepat mengembangkan AI generatif, bagaimana mengkomersilkan produk, dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi potensi bahaya bagi masyarakat, kata orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang masalah ini.

Anggota dewan OpenAI lainnya pada saat itu termasuk D'Angelo; Tasha McCauley, CEO GeoSim Systems; dan Helen Toner, direktur strategi dan foundation penelitian mendasar di Georgetown’s Center for Security and Emerging Technology.

- Dengan asistensi Rachel Metz ,Vlad Savov, dan  Shirin Ghaffary.

(ros/wep)

No more pages