Logo Bloomberg Technoz

Pada 1973, ia kemudian menjabat sebagai Ketua II. Masa jabatannya ini berlangsung hingga 1975.

Usai sukses bisnis perkapalan, barulah Pontjo Sutowo masuk bisnis perhotelan. Jaringan bisnis ini yang kemudian menjadi cikal bakal Pontjo Sutowo menguasai Hotel Sultan.

Petugas keamanan GBK memasang spanduk penyegelan Hotel Sultan di Kawasan GBK, Jakarta, Rabu (4/10/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Lagi-lagi, bisnis itu secara tak langsung merupakan modal dari Ibnu Sutowo yang kala itu mendirikan Hotel Jakarta Hilton Internasional. Pendiriannya dilakukan pada 1976 usai Ali Sadikin memerintahkan pendirian hotel bertaraf internasional di kawasan Gelora Bung Karno (GBK) pada 1971.

Sesuai namanya, hotel itu merupakan bagian dari jaringan Hilton International Hotel. Pada 1976, kontrak bersama Hilton kemudian putus.

Pengelolaannya kemudian jatuh ke tangan Singgasana Hotels & Resorts yang dimiliki oleh keluarga Ponjto Sutowo. Pada tahun yang sama, Hotel Jakarta Hilton International berubah nama menjadi Hotel Sultan. Barulah pada 1982, Ponjto Sutowo mengambil alih manajemen operasional Hotel Sultan.

Masa Kecil Pontjo Sutowo

Pontjo Sutowo merupakan pria kelahiran Palembang, 17 Agustus 1950. Ia menjalani pendidikan di sekolah dasar di Sekolah Rakyat Santo Xaverius. 

Pada 1956, ia dan keluarga pindah ke Jakarta untuk mengikuti ayahnya yang ditempatkan Staf Umum Angkatan Darat. Pontjo Sutowo kemudian melanjutkan pendidikannya di Perguruan Tinggi Cikini. Megawati Soekarnaoputri adalah kakak kelas Pontjo Sutowo pada saat itu.

Usai tamat sekolah menengah atas (SMA) di Pangudi Luhur, Pontjo Sutowo melanjutkan pendidikannya dengan mengambil jurusan teknik mesin Institut Teknologi Bandung (ITB). Namun, kuliahnya ini tidak tamat.

Pontjo Sutowo kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas Trisakti. Bidang pendidikannya masih sama, yakni Fakultas Teknik.

Pada 1970, ia kemudian menikahi teman kecilnya yang merupakan tetangga di kawasan Menteng yakni Darwina Sudarminingsih yang merupakan anak mantan prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) Soedarsono.

(dhf/ezr)

No more pages