Noem mengatakan dalam sebuah unggahan di media sosial bahwa Departemen Pertahanan membantu dalam operasi "sebelum subuh" tersebut.
Pada 10 Desember, pemerintahan Trump menahan kapal Skipper, yang terakhir kali singgah di pelabuhan Venezuela dan digambarkan oleh pejabat AS sebagai "kapal tanpa kewarganegaraan" yang dikenai sanksi karena diduga berpartisipasi dalam "jaringan pengiriman minyak ilegal yang mendukung organisasi teroris asing."
Trump telah meningkatkan tekanan pada pemerintahan Nicolás Maduro karena ia bertujuan untuk memutus aliran pendapatan utama bagi Venezuela.
Dia juga menetapkan pemerintahan Maduro sebagai organisasi teroris asing, menuduhnya terlibat dalam perdagangan narkoba.
Insiden terbaru ini dapat semakin memperparah ketegangan dengan Venezuela. Trump mengatakan ia tidak mengesampingkan kemungkinan perang dengan Venezuela, lapor NBC pada Jumat, mengutip wawancara telepon dengan presiden.
Ketika ditanya apakah serangan militer AS dapat menyebabkan perang, ia mengatakan "Saya tidak membahasnya."
Departemen Pertahanan AS merujuk permintaan komentar kepada Gedung Putih, yang tidak menanggapi beberapa pertanyaan. Kementerian Informasi Venezuela juga tidak menanggapi permintaan komentar.
Secara terpisah, Trump menunjuk Letnan Jenderal Korps Marinir Francis Donovan sebagai kepala Komando Selatan AS, yang bertanggung jawab atas operasi terkait blokade Venezuela. Donovan saat ini menjabat sebagai wakil komandan Komando Operasi Khusus AS.
Produksi minyak Venezuela mencapai target pemerintah sebesar 1,2 juta barel per hari, kata Wakil Presiden dan Menteri Perminyakan Delcy Rodriguez pada hari Sabtu di media sosial.
Hal ini "menghadapi dan mengalahkan pelecehan, permusuhan, dan ilegalitas imperialis yang menyerang dan melanggar hak asasi manusia warga Venezuela," tulis Rodriguez dalam sebuah unggahan di akun Telegram-nya.
(bbn)



























