Logo Bloomberg Technoz

Pernyataan bernada hawkish dari pejabat Federal Reserve juga membuat pasar meningkatkan kewaspadaan. 

Gubernur Federal Reserve Bank of St. Louis, Alberto Musalem, menyatakan masih terlalu dini baginya untuk memutuskan apakah akan mendukung penurunan suku bunga pada pertemuan bulan depan.

“Bagi saya, terlalu dini untuk mengatakan secara pasti kebijakan apa yang akan saya dukung pada pertemuan September,” ujar Musalem dalam wawancara dengan CNBC, Kamis (14/8).

Tekanan yang melanda harga surat utang domestik dimanfaatkan sebagai peluang profit taking mengingat reli yang sudah berlangsung beberapa waktu terakhir, ditandai oleh kenaikan nilai belanja asing di SUN.

Data Kementerian Keuangan sampai 13 Agustus, investor asing membukukan net buy senilai US$306 juta month-to-date, setara dengan Rp4,94 triliun.

Sedangkan bila menghitung selama kuartal III, nilai belanja asing di SUN telah menembus US$ 1,35 miliar, setara dengan Rp21,87 triliun.

Perkembangan sentimen pasar global itu menerpa pula pada laju penguatan rupiah yang pada perdagangan Kamis kemarin menyentuh level terkuat sepanjang tahun.

Pada perdagangan di pasar spot siang ini, rupiah masih tertekan di kisaran Rp16.162/US$, menjadi valuta dengan pelemahan terdalam kedua di Asia sejauh ini, setelah peso Filipina.

Mayoritas mata uang Asia tertekan, kecuali yen, dolar Hong Kong dan dolar Singapura.

Rekor baru IHSG

Ketika tekanan jual melanda pasar surat utang domestik, indeks saham justru mencetak rekor tertinggi baru.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menembus tembus level 8.000, mencerminkan 0,98% ke posisi 8.009, sebuah rekor baru level tertinggi dalam sejarah (All Time High/ATH).

Data perdagangan Bursa Efek Indonesia juga memperlihatkan IHSG langsung melesat ke level tertingginya 8.017 yang juga merupakan level harga ATH terbaru secara intraday. Sedang level terendah IHSG sempat di 7.898.

Nilai perdagangan terbilang amat ramai mencapai Rp21,99 triliun dari sejumlah 29,25 miliar saham yang berhasil diperjualbelikan. Sebanyak 256 saham menguat, dan 324 saham melemah. Sementara, 215saham tidak bergerak.

Sejumlah saham menjadi pendukung utama penguatan IHSG pada Sesi I hingga cetak rekor ATH. Saham–saham teknologi, saham konsumen non primer, dan saham transportasi mencatatkan kenaikan paling tinggi, dengan masing–masing melesat 5,16%, 0,66% dan 0,24%.

Adapun saham teknologi yang jadi pendorong terbangnya IHSG adalah, saham PT WIR Asia Tbk (WIRG) dengan melejit 20%, saham PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) juga melesat dengan kenaikan 13,5%, dan terutama saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang menguat 11,3% dengan bobot terbesar.

Jelang berakhirnya sesi pertama perdagangan, IHSG berbalik terkoreksi 0,06% ke level 7.926.

(rui)

No more pages