Logo Bloomberg Technoz

Sejumlah skema yang dibuka di antaranya engineering, procurement and construction (EPC), investasi deferred payment,  investasi built-lease-transfer serta kemungkinan investasi kerjasama pemerintah dengan badan usaha (KPBU).

“Pemerintah mendukung partisipasi swasta dalam mengembangkan proyek interkoneksi Sumatra—Jawa,” tuturnya.

Proyek itu beberapa kali keluar masuk Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN, dengan berbagai perubahan rencana pengembangan.

Awalnya, sejak 2007 sampai dengan 2016, ide soal kabel setrum yang menghubungkan Sumatra dengan Jawa sudah muncul dalam dokumen kelistrikan PLN.

Saat itu, PLN ingin mengalirkan energi murah yang berasal dari PLTU Mulut Tambang di Sumatra Selatan ke Jawa. Belakangan, konsep itu tidak lagi dianggap relevan.

Pemerintah merevisi arah pengembangan interkoneksi Sumatra—Jawa untuk mengalirkan pasokan energi bersih dari Sumatra ke Jawa.

Jisman mengatakan konsep pengembangan interkoneksi yang terakhir itu sejalan dengan arah pembangunan transmisi listrik antarpulau yang didorong pemerintah.

Konsep pembangunan transmisi itu belakangan dikenal sebagai proyek Indonesia Supergrid.

“Bertujuan mengalirkan potensi energi terbarukan dari Sumatra ke pusat konsumsi utama di Pulau Jawa,” tuturnya.

Sebelumnya, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan perseroannya tengah memproses kelanjutan proyek interkoneksi Sumatra—Jawa yang belakangan masuk dalam RUPTL 2025—2034.

“[Interkoneksi Sumatra—Jawa] dalam proses, di dalam RUPTL sudah masuk,” kata Darmawan di kawasan PLTP Ijen, Bondowoso, Jawa Timur, Kamis (26/6/2025).

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo. (Dok. PLN)

Perusaahan setrum negara itu telah melakukan lelang dan studi bersama untuk rencana pengembangan interkoneksi tersebut tahun lalu.

Sejumlah perusahaan transmisi dan listrik asal China, Jepang, dan Prancis ikut dalam perundingan atau bidding document megaproyek dengan nilai investasi mencapai US$6,5 miliar tersebut.

Beberapa perusahaan yang terlibat di antaranya State Grid Corporation of China (SGCC), Hitachi ABB Power Grids, Kansai Electric Power Co. Inc., dan Électricité de France S.A.,. 

Lewat dokumen RUPTL yang baru, PLN menargetkan interkoneksi Sumatra—Jawa mulai beroperasi komersial pada 2031. Hanya saja, PLN membeberkan masa pembangunan interkoneksi itu bisa memakan waktu 7 tahun sampai dengan 8 tahun.

Menurut kajian PLN, panjang interkoneksi Sumatra-Jawa diperkirakan mencapai 1.174 kilometer.

Sementara itu, panjang backbone dan fishbone diproyeksikan masing-masing mencapai 3.614 kilometer dan 3.799 kilometer. 

PLN menargetkan, interkoneksi itu bisa menyalurkan listrik energi baru terbarukan (EBT) secara bertahap mencapai 2,6 gigawatt (GW) pada 2033.

Jepang Kembali Lewat AZEC

Awal Mei 2025, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menerima kunjunjungan Perdana Menteri Jepang 2021—2024 sekaligus Utusan Khusus Perdana Menteri Jepang untuk AZEC H.E. Fumio Kishida di kantornya, Jakarta, Senin (5/5/2025).

Pertemuan itu membahas sejumlah kelanjutan investasi Jepang lewat AZEC pada bidang energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia, khususnya investasi Jepang di sektor panas bumi  PLTP Muara Laboh di Solok, Sumatera Barat.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto usai pembekalan calon menteri di Hambalang, Rabu (16/10/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Selain investasi panas bumi, Airlangga membeberkan, Jepang tertarik untuk kembali masuk mendanai proyek interkoneksi Sumatra—Jawa saat ini.

“Termasuk di dalamnya akan dibiayai yaitu transmission line dari Jawa—Sumatra dan ini diharapkan bisa masuk dalam tahapan komersial,” kata Airlangga selepas pertemuan.

Jepang, lewat Japan International Cooperation Agency (JICA), sempat menjadi lender atau pemberi pinjaman untuk proyek interkoneksi Sumatra—Jawa saat awal diinisiasi pada 2010.

Komitmen AZEC itu menjadi sinyal kembalinya Jepang untuk mendanai proyek interkoneksi tersebut.

Sementara itu, Indonesia dan Jepang telah meneken 175 nota kesepahaman dalam kerangka AZEC terkait dengan kerja sama di sejumlah bidang krusial, termasuk energi dan infrastruktur listrik.

“Salah satu proyek yang dapat menjadi milestone keberhasilan implementasi AZEC adalah PLTP Muara Laboh di Solok, Sumatra Barat. Proyek berkapasitas 80 MW ini telah mencapai financial close pada 18 April 2025 dan konstruksi PLTP akan segera dimulai,” kata Airlangga.

Dalam pertemuan itu, AZEC lewat Japan Bank for International Cooperation (JBIC) telah meneken financial close untuk proyek ekspansi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Muara Laboh garapan PT Supreme Energy Muara Laboh (SEML).

Operator pembangkit panas bumi Muara Laboh, SEML, merupakan usaha patungan antara Supreme Energy Sumatera dengan kongsi perusahaan Jepang Sumitomo Corporation dan Inpex Geothermal Ltd.

AZEC itu menyalurkan pembiayaan sebesar US$500 juta atau sekitar Rp8,2 triliun (asumsi kurs saat ini) untuk proyek ekspansi panas bumi tersebut.

(naw/wdh)

No more pages