Logo Bloomberg Technoz

Akibat lonjakan beruntun, BEI bahkan menghentikan sementara perdagangan saham CDIA pada Kamis (17/7/2025) untuk cooling down. Hari ini suspensi saham CDIA dibuka dan pasar kembali melakukan akumulasi beli hingga kembali sentuh ARA lewat lompatan 195 poin (25%) ke Rp975.

Namun di balik nama CDIA, ada kendali kuat dari konglomerasi milik Prajogo Pangestu yang terstruktur secara strategis. Berdasarkan prospektus dan dokumen resmi IPO, CDIA dikendalikan secara efektif oleh PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), anak usaha inti dari Grup Barito dan berada di bawah pengaruh langsung dan tidak langsung Prajogo. 

Sebelum IPO, TPIA menggenggam 66,67% saham CDIA, sedangkan sisanya 33,33% dimiliki oleh Phoenix Power B.V., anak usaha dari EGCO Group asal Thailand. Pasca-IPO, komposisi berubah menjadi TPIA 60%, Phoenix Power 30%, dan publik 10%.

TPIA dikuasai oleh PT Barito Pacific Tbk (BRPT), holding utama Grup Barito yang juga berada di bawah kendali Pangestu. Ia memiliki saham langsung di TPIA sebesar 5,03%, dan pengaruh selebihnya dijalankan melalui kepemilikan mayoritas BRPT atas TPIA. 

Artinya, Prajogo Pangestu merupakan beneficial owner utama dari CDIA, meskipun tidak tercatat sebagai pemegang saham perorangan. Struktur pengendalian bertingkat melalui BRPT dan TPIA menempatkan Prajogo sebagai pemilik kendali tertinggi atas CDIA.

Melalui kendali ini pula, kekayaan Prajogo Pangestu terkerek naik. Tidak hanya dari CDIA, kenaikan valuasi juga terlihat dari saham-saham lain dalam Grup Barito. 

Kepercayaan investor kian menguat setelah Morgan Stanley Capital International (MSCI) resmi mencabut status exceptional treatment terhadap tiga emiten milik Prajogo yaitu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Petrosea Tbk (PTRO), dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN). 

Ketiga saham ini sebelumnya berada dalam pengawasan khusus karena volatilitas harga yang tinggi, namun kini akan kembali dinilai berdasarkan metodologi umum Global Investable Market Indexes (GIMI).

Dengan pelepasan status dari MSCI tersebut, saham-saham milik Prajogo akan dinilai berdasarkan kapitalisasi pasar, likuiditas, dan kepemilikan publik seperti biasa. Hal ini membuka jalan lebih lebar bagi masuknya aliran dana investor institusi global.

Siapa Prajogo Pangestu yang belum banyak diketahui publik?

Sebagai informasi, Prajogo Pangestu memulai kariernya dari bawah, sebagai anak seorang pedagang karet yang kemudian meniti bisnis kayu di akhir 1970-an. 

Perusahaannya, Barito Pacific Timber, mencatatkan saham di Bursa pada 1993 dan mengubah fokus ke industri petrokimia pada 2007. Di tahun tersebut, Barito Pacific mengakuisisi 70% saham Chandra Asri dan bertransformasi menjadi salah satu pemain terbesar di industri petrokimia Indonesia.

Ia juga mencatatkan emiten energi baru dan terbarukan Barito Renewables (BREN) pada 2023, setelah sebelumnya melepas Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) ke pasar pada awal tahun yang sama.

MSCI Cabut Perlakuan Khusus Saham Prajogo Pangestu (Bloomberg Technoz/Arie Pratama)

-Dengan asistensi Whery Enggo Prayogi dan Muhammad Julian Fadli.

(rtd/red)

No more pages

Artikel Terkait

Baca Juga

Lainnya


Z-Zone