Bloomberg News
Bloomberg, Harga konsumen di China secara tak terduga naik pada Juni, mengakhiri tren deflasi selama empat bulan berturut-turut, didorong oleh subsidi pemerintah yang meningkatkan konsumsi.
Menurut Badan Statistik Nasional (NBS) pada Rabu (9/7/2025), indeks harga konsumen (IHK) naik 0,1% bulan lalu dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Ekonom yang disurvei Bloomberg memperkirakan harga akan turun 0,1%, seperti yang terjadi pada tiga bulan sebelumnya.
Deflasi di sektor manufaktur berlanjut hingga bulan ke-33, di mana indeks harga produsen (IHP) turun 3,6% dibandingkan dengan penurunan 3,3% pada Mei. Angka ini turun paling tajam dalam hampir dua tahun terakhir, yang mengaburkan perbaikan moderat pada harga konsumen.
Inflasi yang terus melemah bisa menambah tekanan pada pembuat kebijakan untuk meningkatkan stimulus guna keluar dari lingkaran setan penurunan harga, laba usaha, dan upah. Hal ini juga memperburuk persaingan yang sengit di antara perusahaan, memicu perang harga yang kini ingin diatasi oleh pembuat kebijakan.
Dong Lijuan, Kepala NBS, mengatakan bahwa harga produsen turun sebagian karena kondisi cuaca yang buruk mengganggu pekerjaan konstruksi dan menekan harga bahan baku.
Indeks kepercayaan konsumen terbaru dari Bloomberg Economics menunjukkan dukungan kebijakan yang lebih kuat sejak akhir 2024 gagal meningkatkan kepercayaan secara signifikan, terutama karena peningkatan prospek lapangan kerja dan pertumbuhan pendapatan masih terbatas.
Program unggulan untuk menyubsidi pembelian telah meningkatkan konsumsi. Namun, di beberapa provinsi program ini bulan lalu terganggu karena kehabisan dana yang dialokasikan pemerintah pusat.
Pihak berwenang sejak itu berjanji akan mengucurkan lebih banyak dana, meski para ekonom memperingatkan bahwa Beijing membutuhkan langkah-langkah yang lebih berkelanjutan untuk memulihkan sentimen.
Tekanan deflasi juga diperburuk oleh kelebihan kapasitas di berbagai industri. Meski para pemimpin China telah berjanji akan memangkas produksi di beberapa industri, beberapa analis memperingatkan perang harga akan berlanjut selama bertahun-tahun karena pejabat setempat berupaya menghindari pemutusan hubungan kerja (PHK).
(bbn)