Secara teknikal nilai rupiah telag menembus support terdekat di Rp16.210/US$. Target pelemahan kedua akan tertahan di Rp16.250/US$.
Apabila kembali tertembus, rupiah berpotensi melemah lanjutan dengan menuju level Rp16.300/US$ hingga Rp16.350/US$ sebagai support terkuat.
Jika nilai rupiah terjadi penguatan hari ini, resistance menarik dicermati ada pada level di range Rp16.150/US$ dan selanjutnya Rp16.100/US$ hingga Rp16.080/US$ potensial.
Indeks dolar Amerika pagi ini sebenarnya kembali melemah di kisaran 97,07 setelah tadi malam ditutup menguat 0,4%.
Sentimen di pasar kembali negatif setelah penambahan lapangan kerja di AS pada Juni melampaui ekspektasi pasar, mencapai 147.000 pekerjaan, diikuti oleh revisi ke atas angka bulan sebelumnya.
Tingkat pengangguran AS juga tak terduga turun jadi 4,1%, berkebalikan dari ekspektasi pasar yang menduga angkanya naik jadi 4,3%.
Harapan pasar akan dipangkasnya Fed fund rate pada pertemuan Juli dan September, pupus hingga tinggal 5% dan 60% dari tadinya 20% dan 75%.
Pasar kini menyisakan harapan akan skenario penurunan bunga The Fed tahun ini sebanyak 25 bps masing-masing pada Oktober dan Desember atau sebesar 50 bps pada akhir tahun.
“Laporan ketenagakerjaan yang solid pada Juni mengonfirmasi bahwa pasar tenaga kerja masih tangguh dan menutup peluang pemangkasan suku bunga pada Juli,” kata Jeff Schulze dari ClearBridge Investments, dikutip dari Bloomberg News.
Gubernur Federal Reserve Bank of Atlanta, Raphael Bostic, dalam pernyataan terbarunya mengatakan agar kebijakan moneter dijalankan dengan penuh kehati-hatian di tengah ketidakpastian ekonomi saat ini.
“Saya meyakini bahwa periode dengan ketidakpastian yang begitu luas bukanlah waktu yang tepat untuk melakukan perubahan signifikan dalam kebijakan moneter,” kata Bostic dalam sebuah acara di Frankfurt pada Kamis waktu setempat. “Terlebih lagi ketika kondisi makroekonomi masih cukup tangguh, sehingga memberi ruang bagi kita untuk bersabar.”
(rui)






























