Shruti Srivastava dan Mihir Mishra - Bloomberg News
Bloomberg, India mengusulkan penerapan tarif nol untuk produk baja, komponen otomotif, dan farmasi dalam jumlah tertentu secara timbal balik dalam perundingan dagang dengan Amerika Serikat (AS).
Di luar ambang batas yang disepakati, barang-barang industri yang diimpor akan dikenakan tarif normal seperti biasanya, ujar para sumber yang meminta identitasnya dirahasiakan karena diskusi ini bersifat tertutup. Tawaran tersebut disampaikan oleh pejabat perdagangan India saat berkunjung ke Washington pada akhir bulan lalu, sebagai upaya mempercepat negosiasi kesepakatan dagang bilateral yang ditargetkan rampung musim gugur tahun ini.
Kedua negara tengah memprioritaskan sektor-sektor tertentu guna mencapai kesepakatan dagang awal sebelum berakhirnya masa jeda 90 hari atas tarif balasan yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump, kata sumber tersebut.
Di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi AS, Trump pada hari Minggu menyatakan bahwa beberapa kesepakatan dagang bisa saja tercapai secepatnya dalam pekan ini. Hal ini memberi harapan bagi negara-negara mitra dagang yang ingin menghindari kenaikan tarif impor dari AS. Sejumlah negara Asia seperti Korea Selatan, Jepang, dan India termasuk yang paling aktif mengejar kesepakatan sementara dengan pemerintah AS.
Hingga kini, Kementerian Perdagangan dan Industri India belum memberikan tanggapan atas permintaan konfirmasi melalui email.
Tawaran dari New Delhi tersebut dibuat setelah berkonsultasi dengan asosiasi eksportir, yang menyimpulkan bahwa penghapusan tarif secara timbal balik untuk barang industri tidak akan berdampak negatif terhadap industri domestik maupun daya saingnya.
“Kami cukup nyaman dengan tawaran tarif nol terhadap produk yang dikenakan tarif nol juga oleh mitra, karena produk India sangat kompetitif dari sisi harga,” ujar Pankaj Chadha, Ketua Dewan Promosi Ekspor Teknik India (Engineering Exports Promotion Council). “Saya tidak melihat akan ada dampak besar jika tarif dihapuskan. Namun, itu harus bersifat timbal balik.”
Menurut data Kementerian Perdagangan India, ekspor produk farmasi ke AS pada tahun 2024–2025 mencapai USD 10,5 miliar, sementara ekspor barang teknik sebesar USD 19,1 miliar.
Washington juga meminta India menyelesaikan persoalan terkait Quality Control Orders (QCO), yang dinilai sebagai hambatan dagang non-tarif bagi ekspor AS. Standar mutu wajib ini menetapkan tolok ukur yang harus dipenuhi oleh produsen dalam dan luar negeri sebelum menjual produk mereka di pasar India, dan kerap dikritik sebagai kebijakan yang tidak transparan dan tidak adil.
India menyatakan kesediaannya untuk meninjau ulang kebijakan QCO yang berlaku saat ini, terutama di sektor perangkat medis dan bahan kimia, serta menawarkan penandatanganan mutual recognition agreement (MRA) dengan AS—kesepakatan di mana kedua negara akan saling mengakui standar dan praktik regulasi masing-masing.
Belum jelas apakah proposal-proposal ini akan dimasukkan dalam kesepakatan akhir.
Laporan menunjukkan bahwa jumlah QCO yang diberlakukan di India melonjak dari hanya 14 kebijakan sebelum 2014 menjadi lebih dari 140 sejak tahun 2017.
(bbn)