Surat yang diteken Menteri ESDM Bahlil Lahadalia itu kemudian dikirim ke CEO dari LG Chem Ltd dan LGES.
“Kenapa dikerluarkan surat itu? Karena memang negosiasi ini sudah terlalu lama, kita ingin semuanya berjalan baik dan cepat,” kata dia.
Minat Huayou
Di sisi lain, dia menambahkan, keputusan untuk mengakhiri kerja sama dengan LGES juga didorong oleh minat Zhejiang Huayou Cobalt Co, yang dinilai lebih berkomitmen untuk menjadi pimpinan konsorsium di Proyek Titan.
“Saya sendiri juga sudah bertemu dengan Huayou, sangat-sangat positif karena mereka sejak 2024 ini sudah menyatakan minatnya,” tuturnya.
Sebelumnya, lewat siaran pers yang diedarkan hari ini, Menteri ESDM Bahlil Lahdalia menegaskan Huayou bakal menggantikan posisi yang ditinggalkan LGES di proyek Titan.
Bahlil menggarisbawahi, secara keseluruhan, proyek hilirisasi bijih nikel menjadi baterai EV di Tanah Air tidak mengalami perubahan mendasar.
"Perubahan hanya terjadi pada level investor, di mana LG tidak lagi melanjutkan keterlibatannya pada JV 1, 2, dan 3 yang baru, dan telah digantikan oleh mitra strategis dari China, yaitu Huayou, bersama BUMN kita," kata Bahlil.
Hengkangnya LGES dari proyek yang dikenal dengan kode Proyek Titan itu diumumkan perusahaan asal Korea Selatan tersebut pada Jumat (18/4/2025), mengutip alasan “perubahan kondisi pasar” sebagai faktor utama di balik keputusan mereka.
“Setelah mempertimbangkan dengan saksama lanskap pasar EV global yang terus berkembang, kami telah memutuskan bahwa proyek khusus ini tidak lagi sejalan dengan prioritas strategis kami,” ujar juru bicara LGES melalui pernyataan resmi, dikutip Senin (21/4/2025).
Untuk diketahui, Proyek Titan merupakan salah satu dari lima megaproyek baterai EV yang ada di Indonesia, selain Dragon, Omega, BESS, dan Volt.
Proyek Titan digadang-gadang bakal menjadi fasilitas produksi baterai EV terintegrasi yang akan menjadi jembatan Indonesia sebagai pemain besar dalam rantai pasok baterai global.
Proyek ini pada mulanya dirancang untuk melibatkan konsorsium Korsel yang terdiri dari LGES, LG Chem, LX International, dan mitra lainnya dengan komitmen investasi sekitar 11 triliun won atau setara US$7,7 miliar.
Namun, dalam perkembangannya, Proyek Titan kerap diterpa isu negosiasi yang alot dengan pihak LGES. Dilaporkan Bloomberg Technoz sejak awal Februari 2023, rencana MIND ID mengembangkan fasilitas produksi baterai EV bersama LGES memang sudah terendus terancam batal.
Pembentukan perusahaan patungan LG dengan holding BUMN baterai, IBC, masih penuh tanda tanya sejak September 2022.
Menurut Direktur Utama MIND ID saat itu, Hendi Prio Santoso, kelanjutan dari pengembangan ekosistem baterai EV dengan LGES masih belum jelas lantaran negosiasi antara kedua belah pihak mandek.
LGES bahkan menyerahkan kembali negosiasi kepada rekanan konsorsium Huayou lantaran menemukan aspek yang kurang pada proyek Titan tersebut.
"Kami dapat informasi dari Antam bahwa LG itu masih belum jelas statusnya, tetapi LG mendorong anggota konsorsiumnya Huayou [Zhejiang Huayou Cobalt] untuk melanjutkan diskusi dan negosiasi," kata Hendi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Senin (6/2/2023).
Hendi menyebut perwakilan Antam sudah bernegosiasi dengan pihak Huayou. Namun, negosiasi itu juga tak berjalan mulus lantaran MIND ID menilai perusahaan tersebut bukan mitra bisnis yang tepat untuk Antam.
Sebab, portofolio Zhejiang Huayou Cobalt lebih banyak pada pengembangan smelter, alih-alih produksi baterai. Hal ini tidak sesuai dengan target MIND ID yang ingin berfokus pada investasi dan pengembangan fasilitas produksi baterai kendaraan listrik.
"Akan tetapi, kami menilai bahwa Huayou bukan counterpart yang seimbang dengan Antam untuk melanjutkan proses negosiasi. Jadi kami masih menginginkan bahwa adanya konsorsium yang lengkap sampai ke produksi baterai kendaraan listriknya," tutur Hendi.
Untuk diketahui, Zhejiang Huayou Cobalt merupakan perusahaan tambang asal China yang bekerjasama dengan LGES di proyek tersebut.
Keduanya sepakat membentuk perusahaan patungan pada Juli 2022 untuk mengekstraksi nikel, kobalt, dan litium dari baterai bekas, kompenen utama untuk produksi baterai kendaraan listrik.
-- Dengan asistensi Azura Yumna Ramadani Purnama
(naw/wdh)






























