China mengindikasikan bahwa latihan sebelumnya merupakan akibat dari provokasi yang dilakukan Lai yang dianggap "terlalu berani" terhadap Beijing. Ini terjadi setelah Lai mengumumkan serangkaian langkah untuk melawan pengaruh dan kampanye mata-mata China di negara demokrasi yang menurut Beijing adalah bagian dari wilayahnya dan suatu hari nanti ingin berada di bawah kendalinya, bahkan dengan kekuatan jika diperlukan.
Dalam pidatonya bulan lalu, Lai juga untuk pertama kalinya menyebut China sebagai "kekuatan asing yang dianggap musuh."
Departemen Luar Negeri AS mengkritik latihan PLA pada hari Selasa, dengan juru bicara Tammy Bruce menyatakan dalam sebuah pernyataan bahwa "sekali lagi, kegiatan militer agresif China dan retorika mereka terhadap Taiwan hanya akan memperburuk ketegangan dan membahayakan keamanan kawasan serta kemakmuran dunia."
Amerika Serikat "menentang perubahan sepihak terhadap status quo" di selat tersebut, kata Bruce, sambil menambahkan bahwa dukungan Washington untuk sekutu dan mitra, termasuk Taiwan, tetap berlanjut.
(bbn)
































