“Insyallah [draf RUPTL] dalam satu bulan ini pasti sudah akan goal ya, tinggal sedikit lagi dan itu hanya perlu finalisasi saja,” kata Eniya.
Adapun, Eniya mengatakan, alokasi kapasitas panas bumi dalam draf RUPTL anyar itu bakal mencapai sekitar 5,2 gigawatt (GW). Rencanannya, otoritas panas bumi bakal mengejar kapasitas terpasang sebesar 1,1 GW sampai 2029.
Berdasarkan figur indikatif yang disampaikan PLN dalam Mandiri Investment Forum Selasa (11/2/2025), perusahaan setrum pelat merah itu berencana menambah kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT) sekitar 102 GW sampai 2040.
Sepanjang periode 2025 sampai dengan 2040, PLN menargetkan tambahan sekitar 75 GW pembangkit EBT, dengan rincian pembangkit hidro atau air sebesar 25 GW, solar sebesar 27 GW, angin mencapai 15 GW, panas bumi sebesar 7 GW dan bioenergi sekitar 1 GW.
Pada periode itu, PLN turut memasukkan pembangkit nuklir dengan kapasitas 5 GW dan gas sebesar 22 GW.
PLN telah memetakan kebutuhan pembangunan jaringan transmisi sepanjang lebih dari 63.000 kilometer hingga 2040.
“Tanpa jaringan transmisi ini, tidak ada cara untuk memanfaatkan potensi energi terbarukan kita. Tidak ada transisi tanpa transmisi,” kata Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dikutip dari siaran pers.
Sebelumnya, pemerintah berencana untuk meneken draf RUPTL PLN itu pada kuarta I-2025. Hanya saja, tenggat itu molor selepas otoritas fiskal meminta waktu untuk mengkaji ulang muatan RUPTL pada Januari 2025 lalu.
Sumber Bloomberg Technoz menuturkan, Kementerian Keuangan perlu menyesuaikan kembali hitung-hitungan kompensasi yang mesti ditanggung PLN, saat sebagian besar pembangkit beralih ke EBT.
Selain itu, kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang belakangan menarik diri dari Perjanjian Paris ikut menjadi alasan alotnya keputusan akhir antar tiga kementerian itu sejak awal tahun.
Menurut sumber, pemerintah khawatir dokumen PLN yang baru itu tidak mendapat dukungan pendanaan internasional yang dipimpin AS saat itu, seperti Just Energy Transition Partnership (JETP).
Kendati demikian, kata sumber, pendanaan atau funding dari China tertarik masuk lebih besar untuk proyek dalam dokumen RUPTL anyar tersebut.
(naw)

































