Logo Bloomberg Technoz

Kejatuhan SVB, Arah Bunga Fed dan Imbasnya bagi Indonesia

Ruisa Khoiriyah
13 March 2023 08:15

SVB Financial Group di New York Stock Exchange (Bloomberg/Michael Nagle)
SVB Financial Group di New York Stock Exchange (Bloomberg/Michael Nagle)

Bloomberg Technoz, Jakarta — Pekan kedua Maret 2023 ditutup dengan berbagai kabar yang membuat gelisah para pelaku pasar dan akan memengaruhi pergerakan pasar serta arah suku bunga acuan.

Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pekan ini, pada 15—16 Maret, dipastikan akan sangat ditunggu-tunggu. Apakah bank sentral akan mempertahankan bunga acuan di 5,75% atau berbalik arah kembali mengereknya?

Jumat malam (10/3/2023) waktu Indonesia, Amerika Serikat (AS) melaporkan penambahan jumlah tenaga kerja (NonFarm Payroll) sebanyak 311.00 orang pada Februari. Hal ini mengindikasikan bahwa inflasi di Negeri Paman Sam masih belum jinak. Artinya, urgensi Federal Reserve (The Fed) tetap hawkish  dalam kebijakan moneter mereka pun tetap tinggi.

Namun, belum usai menghadapi ancaman kenaikan bunga lanjutan dari The Fed, pasar dipaksa menghadapi kabar buruk keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB), bank terbesar urutan ke-16 di AS. 

Dua kabar tersebut menggiring pelaku pasar pada banyak pertanyaan. Akankah ekspektasi kenaikan bunga The Fed di level agresif akan menjadi kenyataan tak terelakkan? Atau, akankah The Fed mengurangi agresivitasnya menyusul kejatuhan SVB yang disebut-sebut sebagai “korban” kebijakan pengetatan moneter sejak tahun lalu?