Harga minyak mentah Brent tetap berada di jalur untuk penurunan tahunan terbesar sejak 2020, dengan penurunan sebesar 16%. Penurunan ini didorong oleh ekspektasi kelebihan pasokan, dengan hampir semua pedagang minyak mentah besar di dunia memperkirakan kelebihan pasokan global tahun depan setelah produsen di dalam dan di luar OPEC+ meningkatkan pasokan. Namun, eskalasi ketegangan geopolitik yang semakin intensif telah membantu menjaga batas bawah harga.
Menambah ketegangan global, Presiden Donald Trump mengatakan bahwa AS melancarkan serangan “kuat dan mematikan” terhadap target Islamic State di Nigeria Barat Laut, dengan Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mengancam akan ada serangan lebih lanjut. Negara tersebut, yang merupakan anggota OPEC, memproduksi sekitar 1,5 juta barel per hari pada November, menurut data dari kelompok tersebut.
“Harga minyak telah mendapat dukungan dari data makroekonomi AS yang kuat dan ketidakstabilan geopolitik dalam sepekan terakhir,” kata Kirill Bakhtin, analis minyak dan gas senior di BCS Financial Group yang berbasis di Moskow.
“Efek tidak adanya data makroekonomi AS baru yang dijadwalkan dalam beberapa hari ke depan, kami memperkirakan harga akan sedikit turun ke depan kecuali politik terus mempengaruhi pasar.”
Komoditas termasuk minyak mentah juga mendapat dukungan dari melemahnya mata uang AS, pergeseran yang membuat bahan baku menjadi lebih murah bagi sebagian besar pembeli. Indeks Dolar AS Bloomberg telah turun 0,7% minggu ini.
Dari Eropa, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan ia setuju untuk bertemu dengan Trump dalam waktu dekat, menurut sebuah posting di Telegram. Hal itu terjadi setelah percakapan yang “sangat baik” dengan utusan Steve Witkoff dan Jared Kushner, yang bertujuan untuk mengakhiri perang Rusia.
The Kyiv Post sebelumnya melaporkan bahwa Zelenskiy diperkirakan akan berkunjung ke Florida, tempat Trump menghabiskan liburan Natal, mulai Minggu ini. Hal itu mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya yang mengetahui masalah tersebut.
(bbn)
