Hari ini, angka inflasi diumumkan melandai menjadi 2,72% atau 0,17% month-to-month (mtm). Laju inflasi sedikit tertahan lantaran terjadi deflasi pada harga komoditas seperti daging ayam ras sebesar 0,03%, begitu juga dengan beras dan cabai merah dengan deflasi sebesar 0,02%. Di sisi lain, per pekan lalu (27/12/2025) investor asing keluar dari pasar surat utang sebesar Rp3,30 triliun dan Rp145,26 triliun pada SRBI.
Meski beberapa komoditas tercatat mengalami deflasi, angka PMI manufaktur Indonesia tercatat mengalami kenaikan menjadi 53,3 dari bulan sebelumnya 51,20, dan menjadi kenaikan yang signifikan sejak Februari tahun ini. Akan tetapi pesanan ekspor masih mengalami perlambatan.
Naiknya angka PMI manufaktur terdongkrak oleh permintaan domestik, serta persiapan industri menjelang tutup tahun dan mengejar stok penjualan di tahun depan, khususnya pada bulan puasa atau konsumsi lebaran.
Melansir laporan Mega Capital Sekuritas, pelaku usaha tetap optimistis pada pertumbuhan produksi. Namun produsen tetap berhati-hati lantaran melihat ekspektasi output ke depan melemah ke level terendah dalam empat bulan dan berada di antara yang terlemah dalam sejarah survei. “Produsen masih berhati-hati di tengah tekanan biaya yang persisten dan lemahnya permintaan eksternal,” tulis Lionel Priyadi, Fixed Income & Macro Strategist Mega Capital Sekuritas, dalam laporannya.
Hal ini sejalan dengan indikator lainnya, meski manufaktur mengalami peningkatan pertumbuhan daripada tahun lalu, sub sektor industri pengolahan padat karya mengalami perlambatan. Perlambatan ini terjadi pada sektor industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki yang pada triwulan III-2024 naik 10,15%, triwulan III-2025 melorot sebanyak -0,25%.
Di tengah penguatan terbatas ini, aliran dana asing dapat berpotensi berbalik arah. Saat ini, agaknya pasar sedang menunggu sinyal yang lebih meyakinkan seperti angka konsumsi yang tetap terjaga, serta manufaktur yang dapat menopang ekspansi secara jangka panjang, juga kebijakan fiskal moneter yang harmonis.
(dsp/ain)
