Para pelaku usaha mengusulkan penguatan infrastruktur pascapanen dan teknologi, meliputi infrastruktur logistik melalui pembangunan cold storage untuk menjaga kualitas komoditas. Digitalisasi pemasaran dengan sistem informasi manajemen produksi dan pemasaran yang bersifat real-time serta interaktif. Ketahanan mandiri dengan mendorong peran aktif keluarga petani, termasuk remaja dan ibu rumah tangga, dalam pemanfaatan pekarangan rumah untuk bercocok tanam.
Respons Kebijakan: Digitalisasi dan Pembiayaan UMKM
Menanggapi berbagai aspirasi tersebut, Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Firman Mochtar, menegaskan bahwa masukan dari para pelaku usaha sangat selaras dengan arah kebijakan Bank Indonesia pada 2026 yang kian berorientasi pada pertumbuhan (pro-growth). Guna mewujudkan transformasi tersebut, BI berkomitmen memperkuat sinergi melalui serangkaian instrumen strategis, yang diawali dengan penguatan stabilitas sistem keuangan untuk menjamin kelancaran penyaluran kredit ke sektor-sektor produktif.
Secara paralel, BI akan terus memperluas dukungan terhadap UMKM, khususnya di sektor pertanian, sebagai pilar utama penguatan ekonomi kerakyatan. Langkah ini kemudian disempurnakan dengan akselerasi transformasi digital, baik melalui pengembangan sistem informasi manajemen maupun digitalisasi sistem pembayaran, demi menciptakan efisiensi nyata di tingkat petani dan pelaku usaha di lapangan.
Selain penguatan sektor riil, BI juga berupaya memperkokoh pilar daya tahan ekonomi melalui edukasi kepada generasi muda. Melalui sesi live podcast bersama podcaster BKR Brothers, BI menargetkan Generasi Z agar lebih bijak dalam mengelola keuangan pribadi.
Langkah ini selaras dengan agenda pendalaman pasar keuangan dan peningkatan literasi serta perlindungan konsumen yang diusung dalam transformasi kebijakan BI. Dengan sinergi antara kebijakan moneter yang stabil dan penguatan sektor domestik seperti pertanian, BI optimistis target pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5,1% hingga 5,9% untuk tahun 2026 dapat tercapai.
(red)
