Logo Bloomberg Technoz

Asing Terus Jual Surat Utang, Rupiah Terancam Jebol Rp15.800/US$

Tim Riset Bloomberg Technoz
25 March 2024 07:30

Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah sepertinya akan mengawali perdagangan pada hari pertama pekan ini, Senin (25/3/2024) dengan melanjutkan penurunan nilai, setelah pekan lalu anjlok 1,2%. Penguatan kembali dolar Amerika Serikat (AS) akan semakin menyudutkan nilai rupiah di tengah arus keluar modal asing yang masih belum terhenti sejak beberapa pekan terakhir.

Indeks dolar AS ditutup makin kuat di 104,43 pada Jumat pekan lalu, naik dua hari beruntun. Di pasar offshore menutup pekan lalu rupiah NDF 1 minggu dan 1 bulan, ditutup jatuh cukup tajam, turun lebih dari 100 poin ke Rp15.810-Rp15.823/US$. Ini menjadi sinyal peringatan bahwa rupiah spot hari ini besar kemungkinan akan terperosok lagi menuju kisaran tersebut.

Selain akibat kebangkitan dolar AS, rupiah juga terseret sentimen regional kejatuhan yuan China menyusul langkah bank sentral Tiongkok (PBOC) yang terlihat melonggarkan pengendalian yuan. Dua sentimen itu telah menyeret hampir semua mata uang Asia, bukan hanya rupiah saja. Won Korea bahkan anjlok nilainya sampai lebih dari 1% pekan lalu.

Pada saat yang sama, rupiah juga terbebani tekanan jual di pasar surat berharga negara (SBN) yang semakin besar. Sepekan lalu, selama 18-21 Maret, pemodal asing mencatat net sell sedikitnya Rp6,68 triliun. Asing menjual SUN Rp8,2 triliun dan SRBI sebesar Rp250 miliar, sementara di pasar saham, pemodal asing masih mencatat beli bersih Rp1,77 triliun, menurut data Bank Indonesia.

Dengan demikian, sepanjang tahun ini sampai 21 Maret lalu, asing masih membukukan net sell di SBN hingga Rp24,92 triliun. Sedang di saham dan SRBI, asing masih mencetak posisi net buy masing-masing Rp27,93 triliun dan Rp21,93 triliun.