Logo Bloomberg Technoz

Biar Tidak 'Nyangkut' di Saham IPO, Terapkan 4 Jurus Ini

Ruisa Khoiriyah
04 January 2024 12:55

Karyawan melihat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Karyawan melihat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Berburu cuan dari saham-saham baru alias saham Initial Public Offering (IPO) menjadi salah satu jurus para pemodal, termasuk pemodal pemula, dalam mencari peluang meraup keuntungan.

Membeli saham di pasar perdana kala IPO memungkinkan seseorang mendapatkan harga awal di mana bila pasca IPO harga saham naik, pemodal bisa langsung meraup capital gain. Namun, di sisi lain, berburu saham IPO bukannya tanpa risiko.

Bila pasca pelepasan saham perdana, performa harga saham buruk, maka kerugian dari penurunan harga saham sudah di depan mata yang bahkan berakhir 'nyangkut'.

Ini yang terjadi pada 2023 ketika jumlah perusahaan yang melakukan IPO memecahkan rekor terbanyak sejak 1990, mencapai 79 perusahaan. Catatan Bloomberg Technoz, dari 79 saham IPO yang melenggang di Bursa Efek Indonesia tahun lalu, sebanyak 51 saham mencatat return negatif.

Jumlah itu setara 64% atau lebih dari separuh dari saham-saham IPO yang merosot harganya.