Logo Bloomberg Technoz

Faisal Basri Cecar ‘Salah Kaprah’ Investasi Nikel dari China

Arif Subakti
08 August 2023 17:30

Dump truck nikel di Kawasan Industri Morowali./dok. Bloomberg
Dump truck nikel di Kawasan Industri Morowali./dok. Bloomberg

Bloomberg Technoz, Jakarta – Penghiliran sektor pertambangan mineral yang terjadi di Indonesia saat ini dinilai tidak selaras dengan semangat industrialisasi. Menurut ekonom senior Faisal Basri, investasi nikel dari China selama ini justru mengarahkan RI pada deindustrialisasi.

Dalam kaitan itu, dia menjelaskan penghiliran –atau ‘hilirisasi’ dalam istilah pemerintah– berbeda dengan industrialisasi. Menurutnya, penghiliran tidak otomatis menghasilkan industrialisasi, tetapi industrialisasi akan mengarah langsung pada penghiliran secara umum.

Kenapa pemerintah menggunakan istilah hilirisasi? Karena memang Indonesia tidak memenuhi syarat industrialisasi yang sehat. Contohnya, bijih nikel tidak boleh ekspor. Diolah sedikit menjadi nickel pig iron [NPI] atau feronikel, tetapi bukan dipakai di dalam negeri. Kalau dipakai di dalam negeri, penghiliran itu akan mengurangi impor bahan baku industri baja. Kan masih impor bahan bakunya,” ujarnya dalam sebuah diskusi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Selasa (8/8/2023).

Menurutnya, selama ini pelaku industri –khususnya baja– dipaksakan untuk menggunakan produk di dalam negeri, bukan dari dalam negeri.

Sumber pasok nikel dunia./dok. Bloomberg

Dia pun mengutarakan nikel yang diekspor dari Indonesia masih menggunakan harga yang ditetapkan oleh bursa Shanghai sekitar US$82,7 per ton. Di sisi lain, smelter di Indonesia membeli dengan harga patokan hanya US$40,9 per ton.