Logo Bloomberg Technoz

Ford Investasi 3,5 Miliar Dolar AS untuk Produksi Baterai EV

News
15 February 2023 11:53

Ilustrasi Baterai Litium-ion (Sumber: Kiyoshi Ota/Bloomberg)
Ilustrasi Baterai Litium-ion (Sumber: Kiyoshi Ota/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Ford Motor Company atau Ford Motor Co. akan menggelontorkan dana investasi sebesar 3,5 miliar dolar AS (Rp 53 triliun) ke pabrik baterai kendaraan listrik di Michigan, Amerika Serikat (AS).

Pabrik tersebut akan beroperasi dengan teknologi dari perusahaan pembuat baterai di China yang belakangan menimbulkan kontroversi politik.

Bloomberg melaporkan pada Senin (13/02/2023), pabrik yang berlokasi di Marshall, Michigan itu akan mempekerjakan 2.500 pekerja. Fasilitas yang akan beroperasi pada tahun 2026 ini ditargetkan untuk menghasilkan baterai yang cukup untuk menggerakkan 400.000 kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) per tahun.

Ford mengontrak perusahaan baterai dari China, Contemporary Amperex Technology Co. Ltd China (CATL) sebagai mitra teknologi mereka untuk membantu mengelola pabrik. CATL sendiri merupakan pembuat baterai EV terbesar di dunia. 

Lisa Drake, wakil presiden Ford untuk industrialisasi EV menyampaikan pada karyawan bahwa Ford akan mendirikan anak perusahaan sendiri agar memiliki kendali sepenuhnya atas produksi, manufaktur, dan tenaga kerja. 

Pengaturan tersebut bertujuan untuk mengamankan manfaat pajak untuk pabrik tersebut. Meski begitu, hal ini menuai kritik di tengah ketegangan geopolitik yang terjadi saat ini antara AS dan China. Sebelumnya, Gubernur Virginia Glenn Youngkin menolak negara bagiannya untuk digunakan menjadi lokasi pabrik. Ia menganggap proyek tersebut sebagai "kuda Troya" yang digunakan oleh Partai Komunis China.

Drake menyayangkan mispersepsi tersebut. Melalui wawancara di Bloomberg Television, ia menyampaikan bahwa Ford memiliki kendali penuh atas pabrik tersebut. Karyawan CATL akan membantu pemasangan peralatan pabrik untuk membuat baterai yang di antaranya berasal dari China, jelas Drake. Dia menambahkan, beberapa personel CATL akan tetap berada di pabrik Michigan secara permanen untuk membantu menjalankan pabrik.

United Auto Workers mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka berharap pabrik dapat menciptakan pekerjaan untuk serikat pekerja dengan upah yang layak.

Saham Ford naik 2,7% pada pukul 15:54. di New York. Saham itu naik 9,5% tahun ini hingga penutupan hari Jumat.

Kemandirian Bahan Baku Baterai

Pada upacara pengumuman pabrik pada Senin (13/02/2023) di Michigan, Executive Chairman Bill Ford menggambarkan kemitraan Ford dan CATL sebagai cara untuk mendorong otonomi Amerika dalam membangun baterai EV, yang saat ini masih bergantung pada Asia.

Presiden Biden dikabarkan menolak undangan untuk bergabung dengan Gubernur Michigan Gretchen Whitmer, Bill Ford, dan CEO Ford Jim Farley pada upacara tersebut. Namun, Drake tidak memberikan konfirmasi soal apakah Ford mengundang Joe Biden ke upacara atau tidak. 

CATL menyediakan teknologi yang lebih murah untuk baterai lithium besi fosfat. Ini akan membuat harga kendaraan listrik Ford nantinya lebih terjangkau. Pabrik tersebut akan menjadi yang pertama di Amerika Serikat yang memproduksi baterai LFP.

Ford akan mulai memasarkan EV dengan baterai LFP dalam model Mustang Mach-E akhir tahun 2023. Selain itu, truk pickup plug-in F-150 Lightning dikabarkan akan keluar tahun 2024. Awalnya, baterai tersebut akan diimpor dari China. Produsen kendaran listrik besar seperti Tesla Inc. dan Honda Motor Co. juga memiliki kontrak dengan CATL untuk pasokan baterai LFP.

Pabrik yang terletak di sebelah barat Detroit itu akan memiliki kapasitas tahunan untuk memproduksi baterai LFP 35 gigawatt jam yang cukup untuk menyediakan sumber daya bagi 400.000 model Ford per tahun. Ford sendiri menghabiskan 50 miliar dolar AS (Rp758 triliun) untuk mengembangkan dan membangun EV hingga 2026.

Sasaran Margin

Dengan memproduksi bahan baku baterai yang lebih terjangkau, Drake berharap ini akan membantu perusahaan mencapai volume penjualan yang dibutuhkan dan meraih margin 8% pada pendapatan sebelum bunga dan pajak pada EV di tahun 2026 mendatang.

Saat ini Ford mengalami kerugian dalam penjualan kendaraan listriknya. Kerugian tersebut berkontribusi terhadap pendapatan yang mengecewakan di tahun 2022 yang kemungkinan besar akan mendatangkan PHK besar-besaran.

Ford yakin baterai yang diproduksi di pabrik ini akan memenuhi syarat untuk kredit pajak produksi penuh di bawah UU Pengurangan Inflasi yang disahkan oleh Kongres pada 2022 yang berupaya mendorong produksi EV dan baterai dalam negeri.

Namun menurut Marin Gjaja, kepala penjualan dan pemasaran untuk bisnis EV Ford, konsumen yang membeli EV dengan baterai yang diproduksi di pabrik Michigan tidak akan memenuhi syarat untuk kredit pajak penuh sebesar 7.500 dolar AS (Rp114 juta). Sebaliknya, mereka akan memenuhi syarat untuk mendapatkan kredit 3.750 dolar AS (Rp57 juta) karena kendaraan tersebut dibuat di AS, tetapi bahan baterainya tidak bersumber secara lokal. Pelanggan komersial dan pihak leasing akan memenuhi syarat untuk kredit pajak penuh sebesar 7.500 dolar AS, tambah Gjaja.

(bbn)

Artikel Terkait