Ia juga menyinggung maraknya kasus perundungan yang belakangan terjadi. Menurut Wihaji, intensitas komunikasi antara orang tua dan anak turut membentuk ketahanan psikologis. 

“Jangan sampai mereka lebih banyak berbicara dengan handphone. Algoritma gawai bisa mempengaruhi mereka. Kalau ada masalah, mereka curhat ke handphone, bukan ke orang tua,” ujarnya.

Wihaji menegaskan kembali bahwa keluarga adalah fondasi terkecil dalam negara, namun memiliki dampak terbesar. “Kalau keluarga baik-baik saja, insyaallah negara ini juga akan baik-baik saja. Karena itu, mari bersama-sama menata keluarga Indonesia, mulai dari unit yang paling dasar,” kata Menteri Wihaji.

Momentum Hari Ayah Nasional juga dimaknai sebagai pengingat tentang pentingnya kehadiran figur ayah yang utuh dan berdaya. 

Wakil Gubernur Bengkulu, Ir. H. Mian, yang turut hadir, menyebut ayah bukan hanya pencari nafkah, melainkan teladan dan inspirasi bagi anak-anak. “Melalui Gerakan Ayah Teladan Indonesia (Gati), kita ingin membangun kesadaran bahwa ayah punya peranan besar dalam membentuk karakter bangsa,” tuturnya.

(dec/spt)