Selain kapasitas yang terbatas, Moshe menilai kilang milik Pertamina sudah cukup berumur atau terbilang tua.

Dengan demikian, kata Moshe, kilang Pertamina tidak memiliki kapasitas tambahan untuk dapat menambal kebutuhan SPBU Shell dan BP-AKR.

“Jadi kapasitasnya bisa dibilang tidak ada kapasitas ekstra untuk mungkin memasok swasta-swasta ini,” kata dia.

Hanya saja, dia enggan berkomentar ihwal konsekuensi bisnis jika Shell dan BP-AKR membeli BBM dari kilang Pertamina. Dia beralasan tidak mengetahui hitung-hitungan bisnis dari kemungkinan kontrak jual beli BBM tersebut.

“Karena kita tidak tahu harga jualnya dari kilang Pertamina berapa dibandingkan dengan dia impor dari Singapura misalkan,” tuturnya.

Sebelumnya, Bahlil mengatakan perusahaan swasta dapat membeli minyak ke kilang Pertamina, menyusul kekosongan pasokan BBM di SPBU milik Shell dan BP-AKR.

“Nah, kalau ada yang masih kurang [swasta] ya silakan beli juga di Pertamina. Kan Pertamina juga barangnya ada,” kata Bahlil ditemui di Kementerian ESDM, Jumat (29/8/2025).

Dia juga menegaskan, secara peraturan juga disebutkan bahwa SPBU swasta yang belum mendapatkan alokasi BBM sesuai kebutuhan dapat membeli di Pertamina.

Hanya saja, Bahlil enggan mengonfirmasi adanya kelangkaan BBM di jaringan SPBU swasta. Bahlil beralasan BBM di SPBU Pertamina relatif tersedia.

Dia juga enggan menyebut BBM di SPBU mengalami kelangkaan karena stok BBM di Pertamina masih cukup banyak.

“Di Kepres itu juga mengatakan bahwa kalau swasta yang lainnya belum mendapat alokasi sesuai dengan kebutuhannya, maka silahkan beli di Pertamina,” ujarnya.

Apalagi, dia menggarisbawahi, pemerintah telah memberi tambahan kuota impor sebesar 10% kepada SPBU swasta untuk tahun ini.

Menurut dia, alokasi tambahan kuota itu relatif besar yang diberikan setiap 6 bulan.

Sebelumnya, warganet menyatakan kelangkaan stok sejumlah jenis BBM di beberapa SPBU Shell dan BP-AKR terjadi dua pekan lalu.

Gangguan pasokan tersebut setidaknya terjadi di areal Jabodetabek dan sekitarnya.

(azr/naw)