Logo Bloomberg Technoz

Inflasi AS Masih Tinggi, Pasar Keuangan Seluruh Dunia 'Kebakaran'

Ruisa Khoiriyah
14 February 2024 09:10

Ilustrasi Bursa Saham China (Sumber: Qilai Shen/Bloomberg News)
Ilustrasi Bursa Saham China (Sumber: Qilai Shen/Bloomberg News)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pengumuman data inflasi Amerika Serikat (AS) semalam dalam sekejap merontokkan ekspektasi pasar atas peluang penurunan bunga acuan Federal Reserve lebih cepat tahun ini.

Skenario pelonggaran moneter yang semula diyakini mayoritas pelaku pasar akan bisa dilakukan pada Maret, yang kemudian bergeser pada Mei, kini pupus ditelan fakta bahwa inflasi negeri dengan ukuran ekonomi terbesar itu, masih belum jinak. 

Alhasil, skenario 'higher for longer', kondisi bunga acuan di level lebih tinggi dalam waktu lebih lama, kembali menguat. Di pasar swap, para traders memangkas habis probabilitas penurunan bunga The Fed pada Maret dan Mei dan kini peluang terbesar pivot jatuh pada Juni nanti dengan tingkat kemungkinan 55,8%. 

Pasar keuangan global langsung dilanda aksi jual besar-besaran baik di pasar surat utang maupun saham. Yield atau tingkat imbal hasil Treasury, surat utang AS, semua tenor melonjak tinggi mengindikasikan tekanan jual besar.

Tenor pendek 3 tahun melesat hingg 20,3 basis poin ke 4,46%. Sementara tenor 10 tahun naik 14,5 basis poin ke level 4,32%. Pelaku pasar juga ramai-ramai menjual aset saham mereka dengan indeks saham di Wall Street kesemuanya merah dipimpin oleh indeks Nasdaq yang tergerus 1,8%. Sementara indeks Dow Jones dan S&P 500 tergerus masing-masing 1,37% dan 1,35%.